Menulis dan berkomunitas adalah dua aktivitas yang paling kusukai. Mengapa? Melalui dua kegiatan ini aku semakin mengenali diri sendiri dan bisa tampil dengan dua sisiku yang berbeda. Begini ceritanya.
Jika kamu mengenalku sejak kecil, aku adalah orang yang sangat pendiam dan pemalu. Bahkan, aku pernah menahbiskan diri sebagai orang yang anti sosial saat SMA.
Latar belakangnya tak perlu kuceritakan di sini. Intinya, aku sangat memandang negatif berinteraksi dengan manusia.
Pandangan itu sedikit demi sedikit terkikis manakala aku mulai terjun di komunitas. Ternyata bergaul dengan orang lain tidak semenyeramkan itu. Atau, kebetulan saja aku dikelilingi orang-orang baik?
Menjadi Relawan
Di awal masa kuliah, saat ini aku sudah semester delapan, aku memutuskan untuk menjalani 'profesi' sebagai relawan.
Aku bergabung di beberapa komunitas sekaligus dengan fokus isu yang berbeda, mulai dari bahasa asing, sejarah, sosial, hingga pendidikan.
Kegiatan yang paling menyentuh hatiku waktu itu adalah saat mengunjungi rumah singgah untuk anak-anak penderita kanker bersama salah satu komunitas di Jakarta.
Ketika pandemi melanda, aktivitasku terjun di lapangan bersama komunitas terhenti. Aku harus pulang kampung sambil menjalani kuliah daring di sana.
Dengan sangat terpaksa aku juga memutuskan berhenti berkontribusi di beberapa komunitas karena terlalu sering absen dari kegiatan yang mereka adakan. Alasannya cukup membuat gemes, sinyal di kampung susahnya minta ampun.