Menulis dan berkomunitas adalah dua aktivitas yang paling kusukai. Mengapa? Melalui dua kegiatan ini aku semakin mengenali diri sendiri dan bisa tampil dengan dua sisiku yang berbeda. Begini ceritanya.
Jika kamu mengenalku sejak kecil, aku adalah orang yang sangat pendiam dan pemalu. Bahkan, aku pernah menahbiskan diri sebagai orang yang anti sosial saat SMA.
Latar belakangnya tak perlu kuceritakan di sini. Intinya, aku sangat memandang negatif berinteraksi dengan manusia.
Pandangan itu sedikit demi sedikit terkikis manakala aku mulai terjun di komunitas. Ternyata bergaul dengan orang lain tidak semenyeramkan itu. Atau, kebetulan saja aku dikelilingi orang-orang baik?
Menjadi Relawan
Di awal masa kuliah, saat ini aku sudah semester delapan, aku memutuskan untuk menjalani 'profesi' sebagai relawan.
Aku bergabung di beberapa komunitas sekaligus dengan fokus isu yang berbeda, mulai dari bahasa asing, sejarah, sosial, hingga pendidikan.
Kegiatan yang paling menyentuh hatiku waktu itu adalah saat mengunjungi rumah singgah untuk anak-anak penderita kanker bersama salah satu komunitas di Jakarta.
Ketika pandemi melanda, aktivitasku terjun di lapangan bersama komunitas terhenti. Aku harus pulang kampung sambil menjalani kuliah daring di sana.
Dengan sangat terpaksa aku juga memutuskan berhenti berkontribusi di beberapa komunitas karena terlalu sering absen dari kegiatan yang mereka adakan. Alasannya cukup membuat gemes, sinyal di kampung susahnya minta ampun.
Oh, tidak! Beberapa lama absen dari kegiatan komunitas menyisakan kekosongan di hatiku. Aku merasa ada yang kurang dari aktivitasku. Memfokuskan diri hanya untuk belajar materi kuliah sungguh sedikit menjemukan.
Berkarya lewat Komunitas
Aku teringat hobiku ketika masa SMA dulu, yaitu menulis diari. Entah mengapa ada keyakinan dalam hati menulis merupakan bagian dari jalan hidupku. Terlebih aku kuliah di jurusan bahasa dan sastra yang membuatku tidak bisa jauh-jauh dari dunia kata.
Aku mulai membangun portofolioku dengan menulis artikel untuk media massa. Terkumpul beberapa karya yang kurasa cukup untuk mendaftar menjadi content writer di komunitas.
Mula-mula, aku berhasil lolos di komunitas yang berfokus pada isu kesehatan mental. Di sana aku belajar banyak tentang ilmu psikologi. Sesuatu yang sangat menarik di luar bidang studiku.
Selain itu, aku mendapatkan materi tentang bagaimana menulis konten untuk sosial media, terutama Instagram. Di titik inilah aku mulai merasa, "wah, ini duniaku banget!"
Aku melanjutkan langkahku dengan bergabung di komunitas-komunitas lainnya dengan menjadi relawan penulis konten. Terhitung lebih dari 10 komunitas dengan beragam fokus isu telah menjadi tempatku berkarya.
Selain itu, aku berkesempatan magang di beberapa platform sebagai penulis. Pengalaman menulis di komunitas sangat membantuku lolos seleksi internship, bahkan di beberapa tempat secara bersamaan.
Tak hanya menulis konten untuk media sosial, aku mencoba hal baru dengan mempelajari dan mempraktikkan penulisan artikel website, baik yang berbentuk artikel SEO maupun penulisan berita.
Aktif di Teruntuk Project dan FORA
Saat ini aku menjadi tim inti dan penulis di komunitas Teruntuk Project dan FORA. Dua platform yang bergerak di isu yang berbeda, isu sosial dan kepemudaan.
Mei 2022, aku ditunjuk oleh Teruntuk Project sebagai koordinator article writer specialist. Pengalaman yang paling menyenangkan adalah saat aku menyeleksi dan mewawancarai calon relawan di divisi ini.
Kemudian berkesempatan untuk meng-handle relawan-relawan baru dan menjadi editor artikel mereka sebelum terbit di website Teruntuk Project.
Bergabung di Forum Orang Muda untuk Kemanusiaan (FORA) membuatku semakin aware terhadap isu-isu kepemudaan, gender, inklusivitas, hingga lingkungan.
Salah satu kegiatan yang kami adakan pada pertengahan Maret lalu adalah diskusi dan nonton bareng film dokumenter "Climate Witness" yang bercerita tentang penanganan krisis iklim.
Aku berkesempatan mengabadikan kegiatan tersebut melalui penulisan press release dengan niche yang belum pernah aku coba sebelumnya, yaitu lingkungan. Senang sekali ketika mengetahui tulisanku itu berhasil terbit di salah satu media massa.
Bergabung di Jurnalisme Berkebangsaan Batch IX
Memang benar kalau bergabung di komunitas memiliki segudang manfaat. Bukan hanya sebagai wadah belajar dan memperluas relasi, aku mendapatkan akses untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang sangat berguna untuk mengembangkan diri.
Aku sungguh beruntung mendapatkan privilege untuk bergabung di program Jurnalisme Berkebangsaan Batch IX yang diinisiasi oleh Kompas Gramedia mewakili komunitas FORA.
Melalui program ini, aku berkesempatan mengikuti dua kursus secara gratis untuk mempelajari bagaimana membuat konten di media digital. Sangat relevan dengan bidangku!
Satu kursus yang sudah selesai kuikuti bertajuk Menciptakan Konten Kreatif dan Memperluas Jangkauan Bisnis melalui Blog yang diampu oleh Nurulloh selaku COO Kompasiana.
Aku belajar banyak hal dari materi kursus yang disampaikan, mulai dari mengenal blog, menentukan strategi konten blog, penulisan kreatif, hingga cara menemukan ide.
Terdapat satu materi yang sangat menarik perhatianku, yakni materi tentang pentingnya seorang blogger (penulis) untuk berjejaring dan berkomunitas. Alasannya, ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan, yaitu:
- Dengan berkomunitas kita dapat memperkaya perspektif terhadap suatu hal yang didapatkan dengan bertukar pikiran dengan orang lain
- Memperluas jangkauan pertemanan yang dapat kita manfaatkan untuk menumbuhkan semangat dalam membuat konten blog
- Meningkatkan keuntungan finansial
- Meningkatkan motivasi
- Memperpanjang eksistensi
So, bergabung atau berjejaring di dalam suatu komunitas adalah suatu keharusan bagi kamu yang ingin terjun di dunia penulisan. Aku sudah membuktikan itu.
Terus Bertumbuh
Ya, menulis dan berkomunitas telah menguak dua sisiku yang berbeda. Dengan menulis, aku tetap bisa mempertahankan diriku yang pendiam, pemikir, dan suka ketenangan.
Sebaliknya, dengan terjun di komunitas aku menemukan diriku yang ternyata bisa asyik juga diajak ngobrol. Si pendiam ini bisa menjadi rame dan ramah ketika berinteraksi dengan orang lain. Dan aku sangat menikmatinya.
Lebih dari itu, terdapat dorongan yang mengharuskanku untuk terus meningkatkan kapasitas diri agar bisa melangkah menjadi penulis profesional, seperti harus rajin membaca, terus berlatih menulis, banyak berdiskusi dengan orang lain, dan mengamati sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H