Mohon tunggu...
DEVA SEPTANA
DEVA SEPTANA Mohon Tunggu... Penulis - Journalist

Kompas In Aja!

Selanjutnya

Tutup

Diary

4 Hari Kerja, Produktif Gak Sih!

23 Januari 2025   08:16 Diperbarui: 23 Januari 2025   08:16 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dalam beberapa tahun terakhir, gagasan tentang empat hari kerja dalam seminggu---di mana karyawan bekerja selama 32 jam tetapi dibayar untuk 40 jam---telah mendapatkan perhatian besar. Dengan munculnya kecerdasan buatan (AI) yang mampu meningkatkan produktivitas dan menyederhanakan berbagai tugas di tempat kerja, konsep ini semakin terlihat memungkinkan.

Apa Itu Empat Hari Kerja?
Empat hari kerja berarti karyawan hanya bekerja selama empat hari dalam satu minggu kerja, biasanya selama delapan jam per hari, tanpa pengurangan gaji. Gagasan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, tetapi juga memanfaatkan teknologi untuk mendorong efisiensi dan produktivitas.

Siapa yang Mendukung Perubahan Ini?
Steve Cohen, pemilik New York Mets sekaligus pendiri perusahaan hedge fund, menjadi salah satu pendukung utama empat hari kerja. Dalam wawancaranya pada 3 April di program CNBC Squawk Box, Cohen menyatakan bahwa perubahan ini hanyalah masalah waktu, terutama karena peran besar AI dalam dunia kerja. "Saya rasa ini adalah sebuah kepastian," ujar Cohen, merujuk pada bagaimana AI dapat memberikan lebih banyak waktu luang bagi masyarakat.

Selain Cohen, sejumlah pakar dan peneliti juga mendukung gagasan ini. Na Fu, profesor manajemen SDM di Trinity Business School, menekankan bahwa keberhasilan adopsi empat hari kerja memerlukan keterbukaan terhadap struktur kerja yang inovatif, pola pikir eksperimental, serta budaya kerja yang didasarkan pada tingkat kepercayaan yang tinggi.

Kapan Perubahan Ini Akan Terjadi?
Meskipun belum ada jadwal pasti, perubahan keempat hari kerja sudah menjadi topik diskusi di tingkat legislatif. Pada Maret 2023, Komite Senat AS untuk Kesehatan, Pendidikan, Tenaga Kerja, dan Pensiun, yang dipimpin oleh Senator Bernie Sanders, membahas kemungkinan pengurangan jam kerja menjadi 32 jam per minggu. Sanders bahkan memperkenalkan rancangan undang-undang Thirty-Two Hour Workweek Act yang akan merevisi Undang-Undang Standar Tenaga Kerja yang Adil (FLSA).

Namun, perubahan ini membutuhkan waktu. Sejak terakhir kali FLSA diamendemen pada tahun 1940, standar jam kerja telah turun dari 44 jam menjadi 40 jam. Maka, jika revisi ini disetujui, itu akan menjadi perubahan besar dalam lebih dari delapan dekade.

Di Mana AI Berperan?
AI berfungsi sebagai pendorong utama dalam mempercepat transisi ke empat hari kerja. Dalam laporan The Impact of Technology on the Workplace oleh Tech.co, ditemukan bahwa 29% organisasi yang telah mengadopsi empat hari kerja menggunakan AI secara ekstensif. Program-program seperti ChatGPT dan alat AI generatif lainnya membantu menyederhanakan proses operasi, sehingga pekerjaan yang biasanya membutuhkan waktu lebih lama dapat diselesaikan lebih cepat.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan AI lebih terbuka terhadap ide empat hari kerja dibandingkan mereka yang tidak menggunakan teknologi ini. Fakta ini menyoroti peran penting AI dalam mengubah struktur kerja tradisional.

Mengapa Empat Hari Kerja Penting?
Gagasan empat hari kerja membawa berbagai manfaat. Selain meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan memberikan lebih banyak waktu untuk keluarga dan hobi, perubahan ini juga dapat meningkatkan produktivitas. Menurut Na Fu, karyawan yang bekerja dalam lingkungan berbasis AI perlu mengembangkan keterampilan baru yang dapat memanfaatkan, melengkapi, dan bahkan memimpin teknologi ini untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Bagaimana Prosesnya?
Penerapan empat hari kerja tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga memerlukan perubahan budaya kerja. Organisasi harus mengadopsi pendekatan strategis yang mencakup pelatihan karyawan dalam penggunaan AI, pengaturan ulang struktur kerja, dan memastikan tingkat kepercayaan yang tinggi antara manajer dan karyawan. Pemimpin SDM memiliki peran penting dalam merancang strategi ini agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Meskipun hanya 9% organisasi yang telah mengimplementasikan empat hari kerja menurut survei SHRM Employee Benefits tahun 2023, tren ini terus berkembang. Dengan dukungan teknologi dan perubahan pola pikir, empat hari kerja bukan lagi sekadar impian, melainkan sebuah kemungkinan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun