Pasang sorot mata memang menjadi acuan ketika objek nampak di depannya dan bibir menjadi penyambung sebagai jembatan mengenai objek yang dihasilkan dari sorot mata tersebut. Hal-hal ketidaktahuan memang menjadi bola liar, pengendalian tersebut memang sulit untuk dikendalikan.
Menyikapi perihal yang naif akan sebuah pertanyaan ataupun pernyataan yang muncul dari khalayak ramai menjadi tanggungan setiap detiknya. Perputaran waktu seolah tidak mengenal bisikan kondisi yang sudah terlelap, moral menjadi taruhan.
Dengan kerancuan akan segala hal tersebut banyak sekali kesimpulan akan kehidupan seseorang, memang ketidaktahuan menjadi bibit akan penyebaran sebuah moralitas.
Bersosialisasi yang amat kompleks menjadi rumit ketika banyak bibir yang terlibat dengan kekosongan yang ada pada nalurinya. Jalur belakang menjadi jalur emas untuk terjadinya sebuah pertukaran kalimat yang didapat.
Gaduh di belakang terkadang mengganggu, memang menyebalkan tetapi kehidupan membutuhi hal-hal seperti itu. Bayangan mulut-mulut banyak sekali, sebuah cemilan yang tersaji memang menggiurkan sehingga lupa dari mana itu berasal seakan tidak mempedulikan.
Sumpah serapah hidup terkadang arogan akan keluguan di depan, cukup mendengarkan dan tersenyum.
Tidak tahu? bertanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H