Mohon tunggu...
Made Mariana
Made Mariana Mohon Tunggu... -

Seorang Buruh Migran, Murid dari Guru Kehidupan, tinggal di UAE. Penulis buku: Titik-Titik Air di Padang Pasir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghalau kabut di jalan menuju sukses

18 Februari 2012   03:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:30 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh: De Van Diva

Pagi ini, Rabu 15 February 2012, Kabut tebal di musim dingin menghalangi pandanganku yang hendak menuju Ruwais hospital. Menurut Dokter Marzuk, Pediatric Consultant Ruwais Hospital, Gita bisa pulang pagi ini. Meski khawatir dengan kondisi jalan yang tidak aman, kupacu kendaraanku ke Ruwais Hospital untuk menjemput putriku, Gita. Di dalam perjalanan, berbagai perasaan negative menghantui pikiranku melihat keadaan jalan yang gelap gulita, mereka segera lenyap manakala rasa cinta dan tanggung jawabku hadir. Untunglah Sang Surya kemudian menampakkan dirinya. Sinar terangnya membuat Sang Kabut tak nyaman, diapun kemudian berlalu. Persis seperti berlalunya pikiran negative yang menghampiriku.

Enam Kabut Pikiran

Berbicara mengenai kabut, aku jadi teringat dengan pesan-pesan para sesepuh yang aku jumpai selama masa pengembaraanku, baik di Bali, Jawa, Saudi Arabia, India maupun UAE. Bila kusimpulkan ada enam kabut yang bisa menutupi pikiran. Mereka bila tak terkendali sama seperti kabut di Ruwais pagi ini, yang menghalangi pandangan. Keenam kabut itu adalah; Keinginan, Loba, Marah, Bingung, Mabuk, dan Iri hati. Seperti halnya kabut di bumi ini, mereka adalah bagian dari diri manusia, bila tidak dikelola dengan baik akan membuat pandangan kita menjadi kabur. Sebaliknya, bila dikelola dengan baik akan mendatangkan manfaat bukan hanya pada diri kita pun juga bermanfaat bagi mahluk lain. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu persatu.

1.Keinginan,

A desire arises in the mind. It is satisfied immediately another comes. In the interval which separates two desires a perfect calm reigns in the mind (Svami Sivananda). Sebuah keinginan muncul di dalam pikiran. Ketika dia dipuaskan segera muncul keinginan yang lain. Jarak antara dua keinginan ada sebuah ketenangan yang sempurna di dalam pikiran.

Setiap orang punya keinginan. Keinginan ini membuat hidup kita berwarna. Bila dia terpenuhi hati ini menjadi senang. Tapi bila tidak terpenuhi hati ini menjadi sedih. Sifat unik keinginan, semakin dipenuhi semakin lapar dia. Seperti minum air garam saat dilanda kehausan, semakin banyak kita minum, semakin dahaga kita dibuatnya. Bila tidak hati-hati bukan tidak mungkin kita yang dikendalikan oleh keinginan. Mirip seperti sel mahluk hidup dia bisa membelah diri dengan cepat. Kadang juga seperti bom atom, melakukan reaksi fisi dan fusi (pembelahan dan penggabungan) yang bisa membuat kita menjadi lemah bila tidak terpenuhi. Bila direnungkan keinginan itu jumlahnya tak terbatas, sayangnya alat pemenuh kebutuhan itu terbatas. Kemampuan manusiapun untuk memenuhi keinginan itu terbatas. Bila kita tidak mampu mengendalikan keinginan, tidak mampu membatasi keinginan, maka banyak keinginan yang tidak terpenuhi akibatnya kita akan menderita. Oleh karenanya batasilah keinginan, filterlah keinginan (baca: kabut pikiran) ini dengan kesadaran (baca:mentari), sehingga dia mewujud menjadi kebutuhan yang mampu dipenuhi.

2.Loba,

The happiness and peace attained by those satisfied by the nectar of spiritual tranquility is not attained by greedy persons restlessly moving here and there. (Chanakya)Kebahagiaan dan perdamaian dicapai oleh mereka yang puas dengan nektar ketenangan spiritual, tidak dicapai oleh orang-orang serakah, gelisah bergerak ke sana-sini.

Ia membuat kita menjadi rajin belajar dan bekerja. Tidak mudah menyerah untuk mendapatkan sesuatu. Loba bila tidak dikendalikan akan menghalalkan segala cara. Melegalkan proses yang tidak sesuai dengan norma agama, norma hukum, norma etika, norma sopan santun dan norma susila. Dia akan menjadi kendaraan bagi kejahatan. Pikiran yang diliputi oleh loba akan sulit memandang jernih setiap aktivitas kehidupan ini. Loba pada harta akan menggiring menjadi korupsi, merampok, mencuri, menipu, dll. Loba pada seks akan mengantarkan pada perzinahan, pemerkosaan, dll. Loba pada nama baik juga demikian, akan membawa seseorang pada cara-cara yang tidak benar. Oleh karena itu loba (baca: kabut pikiran) ini mesti di sinari dengan kesadaran (baca: mentari), sehingga dia akan mendatangkan pada kebaikan, prilaku loba dalam melakukan perbuatan baik sesuai norma agama, norma hukum, norma etika dan susila serta sopan santun.

3.Marah,

Anger dwells only in the bosom of fools (Albert Einstein)

Kalau mau jujur hampir semua orang tidak suka dimarahi, marah cendrung membawa aura negative. Marah juga seperti virus yang ganas, menular cepat pada lingkungan sekitarnya. Coba perhatikan ketika kita melihat orang yang sedang marah-marah, perasaan tidak nyaman akan datang menghampiri. Pikiran yang dikuasai oleh kemarahan tidak akan bisa bekerja secara jernih, tidak bisa memilah dan memilih dengan baik. Tidak heran bila Mahatma Gandhi mengatakan: Anger and intolerance are the enemies of correct understanding. Kemarahan dan intoleransi adalah musuh pemahaman yang benar. Tentang kemarahan ini Buddha mengatakan: “You will not be punished for your anger, you will be punished by your anger.” "Anda tidak akan dihukum karena kemarahan anda, tetapi anda akan dihukum oleh kemarahan anda sendiri. Di era modernisasi ini pengelolaan kemarahan mendapat perhatian penting, sehingga muncul sebagai materi pelatihan Anger Management. Marah muncul karena masa lalu, karena peristiwa yang telah terjadi yang tidak bisa diputar kembali. Marah tidak akan merubah sesuatu yang sudah terjadi. Marah dikontrol dengan kesabaran dan kesadaran. Marah menjadi sesuatu yang bernilai baik bila dilakukan pada waktu yang tepat, pada orang yang tepat dan dengan cara yang benar.

4.Bingung,

Today, if you are not confused, you are not thinking clearly. Irene Peter

Kebingungan saat belajar itu pertanda baik kata salah seorang sesepuh yang menjadi perwira tinggi, artinya ada sesuatu yang berproses di dalam benak kita. Hal ini diamini pula oleh Edward R. Murrow: “Anyone who isn't confused really doesn't understand the situation” Seseorang yang tidak bingung sesungguhnya tidak paham dengan situasi.

Kebingungan mendorong kita untuk bertanya, membaca, dan melakukan riset. Kebingungan yang tak terkendali akan menguasai pikiran kita. Orang yang bingung tidak bisa mengambil keputusan yang tepat. Sementara setiap saat kita harus mengambil keputusan untuk melangkah. Oleh karenanya kendalikanlah kebingungan ini dengan baik. Manfaatkan energinya untuk mendapatkan banyak teman, banyak informasi, untuk belajar dan bekerja lebih giat sehingga nantinya menjadi lebih produktif, dan mampu membimbing orang keluar dari kebingungan.

5.Mabuk,

An American monkey, after getting drunk on brandy, would never touch it again, and thus is much wiser than most men. Charles Darwin

Orang yang mabuk, sulit menguasai dirinya. Dia tidak bisa berfikir jernih, tidak bisa menggunakan akalnya dengan baik. Akibatnya pemabuk ini sering melalaikan tugas dan tanggung jawabnya. Ini tidak baik, dia akan dijauhi oleh keluarga, teman-teman dan masyarakat. Mabuk ada banyak jenisnya; Mabuk bekerja, mabuk asmara, mabuk miras dan obat-obatan, dll. Bekerja giat itu bagus, tapi kalau sampai melupakan waktu untuk keluarga tidak baik. Keluarga kita juga berhak atas waktu dan perhatian kita. Demikian pula orang yang mabuk asmara, tidak bisa mengontrol diri dengan baik. Banyak kisah siswa-siswa yang dimabuk asmara prestasinya menurun di sekolah. Hubungan asmara hal yang alamiah, tapi jangan sampai membuat kita mabuk. Apalagi mabuk karena minuman keras dan obat-obatan, ini sangat berbahaya, bukan hanya membahayakan dirinya, pun juga bisa membahayakan orang lain. Pengendara yang dalam kondisi mabuk sangat berbahaya, bisa membunuh diri dan orang lain. Pendek kata mabuk itu tidak baik. Tapi karena dia merupakan bagian dari diri kita, bila dia muncul kendalikanlah jangan sampai dia mengendalikan pikiran. Mabuk untuk melakukan hal-hal yang baik tentu bagus asal tidak melalaikan tugas dan tanggung jawab.

6.Iri hati,

A person is born with feelings of envy and hate. If he gives way to them, they will lead him to violence and crime, and any sense of loyalty and good faith will be abandoned.” (Xun Zi)Seseorang lahir dengan perasaan iri dan benci. Jika dia memberikan jalan kepada mereka, mereka akan membawanya ke kekerasan dan kejahatan, dan rasa kesetiaan dan iman yang baik akan ditinggalkan.

Saya sependapat dengan Xun Zi, Iri hati adalah merupakan bagian dari diri kita, dia lahir bersama kita. Bila dia diberikan keleluasaan untuk menguasai pikiran kita, maka kita akan diajak untuk melakukan prilaku yang tidak terpuji. Iri hati bisa kita manfaatkan sebagai alarm untuk menjadi orang yang lebih baik.

Iri hati (baca:kabut pikiran) yang tidak terkendali akan menghabiskan waktu dan energi kita secara percuma, Envy is a waste of time. Kedamaian tidak akan mungkin bisa dicapai oleh seseorang yang iri hati pada orang lain. Hal ini ditegaskan oleh Buddha mengatakan: “Do not overrate what you have received, nor envy others. He who envies others does not obtain peace of mind”. Jangan melebih-lebihkan apa yang Anda terima, pun jangan iri pada orang lain. Dia yang iri pada orang lain tidak akan mendapatkan kedamaian pikiran. Irihati ini bisa dijernihkan dengan kesadaran puas dengan pencapaiannya. Puas disini bukan disertai dengan penghentian usaha, tapi lebih pada penghargaan pada pencapaian diri sendiri. Menerima apa adanya dalam ranah pikiran, tapi terus berusaha meningkatkan diri dalam ranah prilaku.

Enam kabut penyelubung pikiran diatas akan sirna manakala mentari kesadaran dalam diri hadir. Mewacanakan keenam kabut diatas mudah, semudah menggerakkan jari-jemari tangan ini untuk merangkai kata. Melaksanakannya tidaklah mudah, dibutuhkan will power, kedisiplinan, militansi, usaha tanpa henti. Karena dia ada di dalam diri, kapanpun bisa hadir, dimanapun bisa muncul. Seperti siang dan malam datang silih berganti, demikian pula kesadaranku seringkali tertutupi oleh kabut-kabut ini. Benar saja kata para pendahulu aktivitas membersihkan kabut pikiran itu pertarungan seumur hidup. Untuk sukses dalam melewati setiap pertarungan, kita mesti memiliki kemauan yang kuat luar biasa disertai dengan kerja keras seperti kata Vivekananda: To succeed, you must have tremendous perseverance, tremendous will. ‘I will drink the ocean’, says the persevering soul; ‘at my will mountains will crumble up’. Have that sort of energy, that sort of will; work hard, and you will reach the goal.

Akh tak terasa aku sudah sampai di depan Gerbang Ruwais Hospital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun