Mohon tunggu...
Deni Gunawan
Deni Gunawan Mohon Tunggu... -

Presiden BEM STFI (Sekolah Tinggi Filsafat Islam) SADRA JAKARTA\r\nSaya lahir, saya belajar, saya tak tahu, dan saya tetap mencari.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Katanya Kabupaten "Miskin", Tapi Kok Bisa Ngundang Syahrini?

16 Agustus 2016   00:22 Diperbarui: 27 Desember 2016   18:53 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syahrini di Jembrana. Sumber: merdeka.com

Entahlah. Pokoknya saya ingin nulis tentang Syahrini, intinya gitu. Siapa tak kenal sosialita macam Syahrini. Saya gak kenal, tapi tahu. Itu sih karena ulah media saja yang saban hari ngegosipin artis-artis dengan gaya dan tingkah selangit dengan macam ragamnya yang kalau dipikir gak ada hubungannya dengan hidup kita. Wajar sih, kan artis. Mereka harus punya gaya dan tingkah selangit (bahkan lebih kalau bisa) supaya mudah diingat audience atau fans.

Tapi bukan gaya dan pola hidup artis macam Syahrini yang menjadi fokus tulisan ini. Tulisan ini, tulisan santai, makanya tak diniatkan untuk dimasukkan surat kabar. Cukup dibaca saudara/i budiman di lini masa macam Kompasiana ini.

Ada kesan: “Wah, hebat banget kabupatenku itu, bisa mengundang artis macam sosialita Syahrini untuk pesta ulang tahunnya yang ke-(berapa?)" Agaknya saya salah sebut kalau kabupatenku itu kabupaten 'miskin', makanya kata miskin saya isi tanda petik karena bertolak belakang kalau saya sebut miskin tapi bisa mengundang Syahrini saat ulang tahunnya.

Namun, toh tetap saja saya dibuat bingung oleh kata miskin itu, perlukah saya memberinya tanda petik atau tidak. Faktanya, kabupaten saya adalah salah satu kabupaten miskin di Bali. Kalau toh tidak bisa dikatakan miskin, ya orang kaya gak bisa dibilang banyak. Hitung jari mah bisa tuh.

Saat pulang ke Bali, tepatnya ke kampung halaman saya di mana Syahrini akan manggung, tak banyak perubahan yang terjadi selama lima tahun saya tinggalkan untuk menuntut ilmu di Jakarta. Jalanan masih tetap saja bergelombang, bangunan segitu-gitu saja dan masyarakat masih tetap berjuang untuk nasibnya sendiri. Satu lagi, satu jembatan di jalan poros ambruk dan sekarang dibiarkan begitu saja. Padahal jembatan itu saya dengar sudah roboh hampir setahun yang lalu.

Kabupaten saya itu kabupaten Jembrana namanya. Awas jangan ketuker, inget, Jembrana bukan Jimbaran. Jembrana itu satu dari sekian kabupaten di Bali, yang letaknya persis di ujung Selatan-Barat Bali. Ia adalah pintu gerbangnya Bali lewat jalan darat. Maka kalau pernah dengar Pelabuhan Gilimanuk, ya itu di Jembrana. Nah, di kabupaten inilah Syahrini direncanakan manggung, tepatnya di Taman Kota Jembrana, lebih tepatnya lagi taman Ir. Soekarno.

Dikabarkan, kedatangan Syahrini adalah undangan dari Pemkab Jembrana untuk memeriahkan ultah Kota Negara. Namanya undangan, ya sama kayak kondangan, perlu bawa amplop. Tapi undangan ke artis kan beda, kalau undangan kondangan yang diundang bawa amplop, ini yang ngundang yang mesti ngasih amplop. Desas-desusnya amplopnya 750 juta, 250 juta lagi se-miliar tuh, buju buset. Hebat banget, seorang, semalam doang bisa dapet segitu dari kapubaten 'miskin'.

Sumber: daerahbali.com
Sumber: daerahbali.com
Tak masalah mengundang artis untuk menghibur, sekali tak ada yang salah. Hanya saja, kalau dipikir-pikir, yang ngundang Pemkab, tentu uangnya ya pasti uang negara, darimana lagi. Gak mungkin uang dari kantung bupati atau wakil bupati kan? Gajinya kan gak segitu. Jadi etikanya gak asyik, gak enak. Lebih-lebih jalanan masih bergelombang sepanjang Gilimanuk menuju perbatasan Tabanan. Sementara saat sampai batas kota di Jembatan Tukad Daya, jembatan terputus dan dibiarkan 'bengong' gak diapa-apain, padahal jalan poros yang menghubungkan Jawa dari Gilimanuk ke Denpasar sampai ke Lombok ya pasti lewat situ. Belum lagi biaya kesehatan mahal, dan rakyat masih 'ngos-ngos'-an buat bisa makan. Saat kondisi begitu, anggaplah jembatan yang hampir setahun gak disentuh-sentuh itu, eh malah mau 'nguapin' duit 750 juta ke sosialita yang sudah kaya raya itu. Ampun dah, bener-bener nggak bisa asyik kalau gini.

Jembatan yang roboh yang hampir setahun gak disentuh. Kalau dipikir-pikir, dengan uang 750 juta, insyaallah bisa jadi itu jembatan. Ya paling nggak, bisa kelihatanlah ada gerak-gerak gitu. Setahu saya, pas pulang kemarin, gak ada gerakan sama sekali, yang ada jembatan rubuh yang ditutupi tembok seng, dan polisi yang jaga sip-sipan.

Kalau Pemkab berdalih ingin memberikan kebahagiaan ke rakyat Jembrana dengan mengundang artis top, kita apresiasi betul itu. Karena membahagiakan orang kan ibadah, apalagi pemerintah ke rakyat, yang biasanya sering buat jengkel rakyat dengan macam kebijakannya. Namun perlu diingat, membahagiakan rakyat haruslah yang substantif, bukan hanya sebatas kebahagian semu, yang sifatnya seperti gincu semata. Polesan semu yang sekejap lalu hilang tak berbekas. Mengundang Syahrini di tengah kondisi masyarakat yang sulit adalah etika yang buruk, kenapa? Menghibur rakyat tapi memeras rakyat untuk membayar hiburan itu dari APBD adalah salah total.

Andai, sekali lagi nih andai ya. Andaikata 750 juta tadi buat benerin jembatan yang setahun ambruk gak tersentuh, dipastikan arus transportasi dari timur ke barat atau barat ke timur akan lebih mudah dan cepat. Ekonomi akan cepat menggeliat, karena akses jalannya sudah bener dan lancar. Atau andaikata 750 juta itu buat ngasih beasiswa putra daerah yang berprestasi untuk kuliah kedokteran, lumayan bisa nguliyahin 2 sampai 3 orang. Gak sampai 5/7 tahun Jembrana pasti nambah dokternya jadi 3 lagi. Lumayan kan bisa bantu-bantu menyehatkan masyarakat kita. Tapi ini kan andai-andai saya, pemerintah kan beda lagi. Kalau saya bingung nentuin kabupaten saya 'miskin' atau tidak, mungkin pemerintah tegas bilang kabupaten kita ‘kaya’, karena itu ngundang Syahrini sambil amplopin 750 juta itu gampang, kan rakyat bisa bayar pajak lagi.

Mudahan andai-andai saya salah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun