Dalam al-Quran terdapat ayat yang berbunyi, "Istri adalah pakaianmu, dan engkau adalah pakaian mereka" (QS. 2: 188) ayat ini sering kali disalahartikan, tetapi menurut saya, sejalan juga dengan padangan Sachiko Murata dalam bukunya The Tao of Islam, bahwa ayat ini tepat sekali dianggap sebagai hubungan gender yang ideal. Dalam pemikiran religius kuno, pakaian diibaratkan sebagai "keakuan yang lain" (alter-ego). Cak Nun mengartikan pakaian sebagai martabat. Hal ini karena pakaian dapat berfungsi sebagai pengganti seseorang, dan dengan pakaian baru seseorang seolah mendapatkan kepribadian baru.
Lebih jauh, pakaian menyembunyikan tubuh, menutupi pandangan terhadap bagian-bagian yang bersifat pribadi, dan melindungi pemakainya. Menurut interpretasi ini, suami-istri berbicara kepada alter-ego mereka, dan setiap hari melindungi kehormatan pasangannya. Hal ini memperlihatkan betapa baiknya prinsip Jamal dan Jalal atau dalam mitologi Cina yin-yang yang berlaku dalam hubungan perkawinan. Suami-istri adalah setara dalam kebersamaan mereka yang sempurna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI