Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah tak pernah sepi dari berita kekerasan di papua khususnya perang suku, Timika adalah kota di Distrik Mimika Baru (luas 2.216 km2, jumlah penduduk 127.728 jiwa),kota yang ditinggali berbagai macam suku baik dari suku papua maupun luar papua dan juga timika merupakan daerah yang dikenal memiliki perusahaan tambang emas raksasa yaitu PT.Freeport Indonesia, Timika didiami oleh tujuh suku, dua suku asli yaitu Amungme yang mendiami daerah pegunungan dan Kamoro di wilayah pesisir/pantai.Selain kedua suku tersebut masih ada lima suku kekerabatan yaitu,Dani/Lani,Damal,Mee,Nduga dan Moni.
Meskipun begitu ketujuh suku ini seringkali bentrok yang di picu oleh berbagai
faktor yaitu seperti ketimpangan sosial yang disebabkan karena hadirnya tambang di timika,benturan tradisi,dan yang paling sering dikarenakan kesalahpahaman kedua belah pihak.Perang suku ini telah berlangsung sejak lama dan sampai saat ini masih kerap terjadi perang antar suku.Kemudian alasan yang paling sering di lontarkan oleh kedua belah pihak suku yang sedang terjadi perang suku adalah “darah ganti darah mata ganti mata” kalimat itu merupakan pemicu mengapa hingga saat ini di Timika kerap kali terjadi perang suku karena perang tidak akan berhenti jika korban belum seimbang atau impas dari kedua belah pihak.
Sejak lima tahun terakhir kurang lebih ada sekitar sepuluh kasus perang antar suku yang terjadi telah terjadi di timika dan menimbulkan banyak korban baik dari kedua pihak yang sedang bertikai maupun aparat keamanan yang ingin menghentikan pertikaian tersebut.Perang suku ini sangat menimbulkan banyak dampak buruk mulai dari berjatuhannya korban akibat perang suku tersebut hingga timika pernah menjadi sepi disebabkan karena perang suku ini masyarakat jadi takut keluar bahkan sekolah-sekolah pun diliburkan akibat dari perang tersebut.Pemerintah dan aparat setempat telah kerap kali berupaya untuk melakukan berbagai macam cara agar perang antar suku ini dapat bisa di selesaikan atau berhentikan agar tidak berlanjut lagi kedepannya meskipun pemicu timbulnya pertikaian ini yaitu disebabkan karena kesalahpahaman dan juga akibat dari mengonsumsi alkohol.Oleh sebab itu aparat setempat khususnya kepolisian membentuk tim untuk melakukan patroli di daerah yang rawan terjadi perang suku dan juga mereka kerap menghimbau para warga setempat untuk mengurangi aktivitas di malam hari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Semoga dengan adanya tindakan dari pemerintah dan juga aparat dapat mengurangi terjadinya perang antar suku ditimika supaya tidak timbul lagi korban-korban selanjutnya dan dapat menyadarkan masyarakat bahwa setiap permasalahan tidak selalu harus diselesaikan dengan otot namun harus menggunakan kepala yang dingin agar tidak menimbulkan terjadinya perpecahan sesama masyarakat papua sangat disayangkan hanya karena masalah sepele timika terpecah akibat perang suku yang menjadi masalah besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H