Mohon tunggu...
DEVA NURMARIFAH
DEVA NURMARIFAH Mohon Tunggu... Lainnya - student

student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa PMM Kelompok 40 UMM Belajar Tentang Pertanian Organik Bersama Gapotan di Desa Dadaptulis Dalam

26 November 2020   18:00 Diperbarui: 26 November 2020   18:02 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan Kelompok Tani atau biasa disebut dengan GAPOTAN dari Desa Dadaptulis Dalam, Kota Batu kini telah gencar mengembangkan dan memasarkan tanaman organik yang mereka tanam sendiri dan hasilnya akan dijual ke luar negeri maupun didalam negeri, dengan tetap mengutamakan nilai-nilai islami didalamnya. Dengan mengajak warga sekitar Desa Dadaptulis Dalam sebagai anggota kelompok tani organik ini. Pada kesempatan kali ini Mahasiswa PMM Kelompok 40 UMM diajak untuk belajar langsung mengenai tanaman organik disana. Dari mulai mendapatkan materi sampe terjun langsung dalam penanaman.

Tanaman Organik secara global ialah tanaman yang tanpa ada campuran bahan kimia didalamnya dengan tujuan awal untuk kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem. Di GAPOTAN Desa Dadaptulis Dalam sendiri fokus pada mengutamakan utuk keseimbangan ekosistem lingkungan tanaman organiknya.

Menurut Bu As selaku ketua kelompok GAPOTAN Desa Dadaptulis Dalam mengatakan "lahan untuk pertanian organik itu tidak sama dengan pertanian konvensional lainya. Untuk lahan tanaman organik sendiri diusahakan alami tanpa tercampur bahan kimia sintetis. Dari pemilihan lahan, penanaman, sampai tanaman dijual ke para konsumen harus sangat diperhatikan sekali, sebelum penanaman kita membutuhkan bibit, dan bibit nya pun juga tidak sembarangan serta diusahakan dari persilangan hibrit bukan rekayasa genetik" katanya.

dokpri
dokpri
Tanaman organik disana menggunakan pupuk dari kotoran hewan dan tidak disarankan menggunkan kotoran hewan dari babi. Ada dua jenis pupuk ang digunakan oleh para pelaku GAPOTAN desa Dadaptulis Dalam, Kota Batu yaitu pupuk organik padat dan cair (terbuat dari daun kipahit). Untuk sistem pengairannya sendiri mereka para petani organik menggunakan irigrasi dengan alasan agar air yang ada bisa menyerap dan juga mengendap dengan tujuan airnya dikembalikan ke tanaman. Dan dibuat aliran airnya memutari lahan tanaman organik agar tanaman organik tersebut tetap dapat air yang cukup.

Pemeliharaan tanaman organik disana menggunakan bantuan dari bunga matahari agar jika ada hama atau hewan serangga yang memakan tanaman itu bisa dialihkan ke bunga matahari tersebut. Serta para petani organik disana telah menyebarkan benih tanaman refugia dengan tujuan yang sama agar mengalihkan para hama agar tidak memakan tanaman organik disana.

Untuk pemeliharaan tanaman disana harus mememastiakn waktu olah tanahnya (tanah yg setelah di cangkul,setalh itu diberi pupuk untuk pengakaran dan menghilangkan penyakit akar atau agen hayati yaitu mikroba). KEtua kelompom GAPOTAN desa dadaptuli dalam mengatakan "kalau pertanian di organik harus diprioritaskan tanaman yang sehat, dengan menggunakan agen hayati, pupuk padat ataupun cair" katanya. Agar memliki nilai jual yang tinggi dan laku di pasaran baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun