Mohon tunggu...
Ananda Ladeva Gumanti
Ananda Ladeva Gumanti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Blogger, writer, script writer, full passionate with PR and Politic Communication and also love to travel

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rotasi Berita Di Media

19 November 2010   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oke, ini adalah sebuah judul yang terlintas tadi pagi di kepala saya saat sedang ada di bis kota. Saya juga bingung kenapa terpikirkan judul ini dan sekaligus merasa terkagum-kagum dengan inspirasi yang sering saya dapatkan saat di bis kota. Mungkin inilah yang dikatakan, good relationship has a good impact for surrounding. Good relationship? Siapa dengan siapa? Ya, antara saya dengan bis kota. Hahaha…mungkin suatu saat akan saya tulis sebuah artikel tentang hubungan ini *janji*.

Kembali ke judul ini. Kenapa dikatakan rotasi? Karena media massa, baik cetak maupun elektronika, selalu menyuguhkan berita yang silih berganti datang dan pergi dan entah ujungnya kemana, mungkin bisa menghilang begitu saja. Saya masih teringat, dulu ketika semua obrolan di warung kopi mengenai Century, semua media membahasnya dari berbagai sisi tapi setelah itu menguap. Berganti dengan Susno Duadji yang mengeluarkan opini kontroversial. Berganti kembali. Selalu berganti. Tiada ujung. Sampai akhirnya Wasior menyapa. Merapi dan Mentawai menjadi perhatian dunia. Eh Gayus juga tidak mau ketinggalan eksis. Kemana ujungnya?

Sudah merupakan idiom yang umum di kalangan pewarta bahwa a bad news is a good news. Dan dengan banyaknya berita buruk yang silih berganti di media Indonesia, apakah itu menandakan Indonesia itu erat kaitannya dengan berita buruk? Tidak adakah berita baik di Indonesia? Pandangan itu bisa jadi salah.


Saya selalu tidak bosan untuk menulis atau mengatakan kepada siapa pun bahwa terlepas dari banyaknya musibah di Indonesia tetap Indonesia itu kaya, Indonesia itu raya.

Bayangkan, betapa bersatunya rakyat Indonesia saat menghadapi bencana alam. Dari anak kecil hingga orang tua, semuanya mau berpartisipasi meringankan beban saudara kita di Wasior, Merapi dan Mentawai. Dan hal seperti ini bukan sekali dua kali terjadi, tapi memang selalu seperti ini. Tanpa disadari, tanpa perlu publikasi berlebihan, ya…memang rakyat Indonesia masih mau menyingsingkan lengan baju untuk membantu sesama. Tsunami Aceh, gempa di Jogja dan Padang, dsb. Dari Sabang sampai Merauke membantu.

Jadi, kesimpulannya (lho sudah kesimpulan aja…) saya selalu merasa yakin bahwa seburuk apa pun sebuah berita yang ada di media, tetap ada hikmahnya dan tidak menurunkan nilai kemasyarakatan Indonesia yang terkenal (mudah-mudahan masih terkenal) bertenggang rasa dan saling membantu sesama.

Terlepas dari berbagai berita di media bahwa anggota DPR, menteri, pemerintah, dan elemen birokrasi yang lainnya belum bekerja secara maksimal, saya selalu beranggapan bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju dan dipandang secara terhormat oleh dunia, suatu saat nanti. Ketika semua masyarakat Indonesia menyadari bahwa mereka hidup di negara yang sungguh indah dan ketika nurani tidak dikendalikan dengan materi.

Beberapa dari kita telah hidup dengan cara yang benar dan pasti akan ada orang lain juga yang hidup dengan cara yang benar, bukan sekedar cara yang baik.

Saya percaya. Kalian?

Deva, yang yakin orang lain pun percaya Indonesia bisa maju, Nov 19, 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun