Mohon tunggu...
Depi Sandra
Depi Sandra Mohon Tunggu... -

setiap pantai kegagalan mengandung beribu pasir keberhasilan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

KASIH SAYANG MAK YANG TIADA HILANG

21 Agustus 2010   07:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku biasa memanggil beliau dengan sebutan Mak. Bukan bunda apalagi mama. Bagi kami orang sumatera selatan panggilan selain Mak dianggap hanya untuk kalangan menengah keatas saja. Terlahir dari sebuah keluarga asli Sumatera Selatan. Dengan darah etnic Muara Kati ( salah satu suku yang ada di Kabupaten Musi Rawas ). Membuat Mak sudah tertempa sedari kecil untuk berusaha keras dalam mendidik anak-anaknya. Aku dan kedua adikku. Pendidikan adalah hal penting ujar nya.  Masih tersimpan jelas dalam memori kepalaku saat-saat sebelum masuk sekolah dasar. Bagaimana Mak lah yang pertama mengajarkan menulis. Mengeja hurup-hurup. Melafalkan angka-angka. Menelaah ayat-ayat Al-qur'an. Terbayangkan betapa repotnya waktu itu. Sambil mengandung adikku yang pertama Mak lah yang harus mengantarkan aku ke Sekolah untuk pertama kalinya. Menunggu hingga aku pulang. Memasakkan makan siang untuk Apa ( panggilan untuk ayahku ). Dan beberapa bulan yang lalu. Ketika lebaran Idul Adha aku harus di rawat di rumah sakit. Mak lah yang telaten mengurusi segala keperluan ku. Mulai dari pendaftaran di rumah sakit hingga mendonorkan darah untuk ku. Saat itu ku rasakan kasih sayang Mak begitu bertambah besar. Tak segan meski aku bukan balita lagi. Hingga tiba kelahiran cucu pertamanya. Anak laki-laki dari adik perempuan ku beberapa bulan yang lalu. Hingga saat ini Maklah yang seolah-olah menjadi Ibu dari nya. Bukan sebagai Nenek. Setiap malam ketika si kecil menangis. Maklah yang pertama terjaga dari tidurnya. Menina bobokan cucu tersayang. Dan di bulan Ramadhan ini pun tak jarang Mak menelpon dari kampong nun jauh disana, untuk membangunkan ku sahur. Mak, kasih sayang yang Mak berikan akan selalu ananda ingat dan ananda simpan dalam hati. Ananda berharap ananda bisa selalu membahagiakan Mak. Insya Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun