Mohon tunggu...
Detti Febrina
Detti Febrina Mohon Tunggu... -

Tengah terbenam di lembah media monitoring dan analytics. Tinggal di Lampung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Diskursus Pengukuran 7 Juta Status

21 Mei 2017   08:38 Diperbarui: 21 Mei 2017   10:41 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ga ngajak berdebat di wilayah ideologis atau keberpihakan (jika kepo soal keberpihakan pun, sila gulir linimassa saya).

Semata buka diskusi soal teknis.

Keseharian kami di Departemen Riset dan Media Monitoring - bersama teman-teman di Dept. Media Baru - adalah "mengukur" dan "memantau". Jadi: analisis tone, google trend, metrik, digital clip n doc, valuasi berita, update rank, update pageviews, dan sejenisnya sudah menjadi 'siksaan' tersendiri (haha).

Ketika sejumlah posting Gerakan 7 Juta Status bermunculan di facebook - sekali lagi facebook, ya - dengan akhir kalimat begini: kopas, jangan share agar tercapai 7 juta; saya sempat bertanya-tanya, ngukurnya pake apa, ya?

Graph API yang bisa mengukur impresi pun hanya bisa dipakai di fanpage dan iklan, bukan akun reguler. Dan yang bisa baca nilai impresi itu kan hanya yang meng-admin-i fanpage. Terlihat misalnya dari "views": People who saw this post.

*dalam kasus ini nilai impresi yang dimaksud misalnya: berapa banyak yang malam Minggu ini update status dengan keyword "galau" (haaaatchim ..).

Yang rada-rada dekat dengan metrik itu di facebook, mungkin dari banyak-banyakan jumlah anggota grup. Dulu kan sering tuh: Gerakan 10 Triliun Facebookers Tuntut Akhiri Pembullyan Jomblo, misalnya - yang sekarang kecenderungannya sudah mulai ditinggalkan.

Berbeda dengan twitter yang lebih mudah masuk jaring metrik dengan ataupun tanpa hashtag/tanda pagar dan bukan hanya dilihat dari trending topic, facebook sampai saat ini tampaknya belum menyediakan layanan seperti itu. Twitter yang konon mulai redup pamornya masih sangat kepake untuk kebutuhan metrik dan analisis. Apalagi kalau pakai mesin monitoring premium berbayar.

Bagus juga mungkin ini jadi inputnya Mas Zuckerberg. Buat orang-orang monitoring macam sayah, jelas layanan metrik macam itu di facebook bagai musim semi setelah paceklik .. ga nyambung yess..

Ke Surabaya nyeruput rawon (jauh amat),
Yang ga setuju ya sumonggo mawon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun