IMUNISASI POLIO
Disusun Oleh: Kelompok 3 Tingkat II Ekstensi KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN 2011 IMUNISASI POLIO
Disusun Oleh: 1). Ade Putra (09200 041) 2). Ismila May Zufrida (09200 054) 3). Lukman Hakim (09200 059) 4). Romi Febriansyah (09200 070) 5). Virly Indami (09200 075) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “ Imunisasi Polio ” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Anak di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Hj. Sulastri Analisa, S.Pdselaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini. 2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca. Bandar Lampung, Maret 2011 Penyusun DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................... i Kata Pengantar ................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................. iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2 1.3 Manfaat .................................................................................................... 2 BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Pengertian ................................................................................................. 3 2.2 Organ Reproduksi pada Manusia ............................................................. 3 2.3 Gametogenesis ......................................................................................... 9 2.4 Hormon yang Mempengaruhi Sistem Reproduksi pada Manusia ............................................................ 14 2.5 Siklus Menstruasi pada Wanita ................................................................ 15 BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 18 3.2 Saran ......................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup. Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini disebabkan virus Poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat. Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal. Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. 1.2 Tujuan Tujuan Umum Untuk menambah wawasan pembaca tentang imunisasi polio. Tujuan Khusus 1. Mengetahui definisi penyakit polio. 2. Mengetahui jenis-jenis penyakit polio. 3. Mengetahui definisi, macam-macam, usia pemberian, cara dan jumlah pemberian, efek samping, tingkat kekebalan, dan kontra indikasi dari imunisasi polio. 1.3 Manfaat Dapat mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang imunisasi polio. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus. 2.2 Jenis-jenis Virus Polio a. Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. b. Polio paralisis spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuluh darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik-yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat-menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas-kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia. c. Polio bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian. Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal. 2.3 Imunisasi Polio 2.3.1 Pengertian Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. 2.3.2 Macam-macam Imunisasi Polio Terdapat 2 macam vaksin polio: a). IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan. b). OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. 2.3.3 Usia Pemberian Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.
Gambar 1. Umur Pemberian Imunisasi (Khususnya Imunisasi Polio) 2.3.4 Cara dan Jumlah Pemberian Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia yang digunakan adalah OPV, karena lebih aman, mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. Sedangkan injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). 2.3.5 Efek Samping Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, sakit otot, kelumpuhan dan kejang-kejang. Kasusnya pun sangat jarang. 2.3.6 Tingkat Kekebalan Dapat mencekal hingga 90%. 2.3.7 Kontra Indikasi Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (diatas 380C), muntah atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Polio adalah salah satu penyakit yang dapat melumpuhkan otot dan tulang pada seseorang bahkan dapat mengakibatkan kematian. Untuk mencegah hal tersebut pemerintah menyarankan untuk pemberian vaksin yang diberikan kepada anak-anak terutama pada usia 0 bulan dan diteruskan pada usia 2, 4, 6 bulan serta pada 18 bulan dan 5 tahun. 3.2 Saran Diharapkan perawat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan keperawatan sehari-hari sesuai dengan prosedur yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA [diakses 22 Maret 2011] [diakses 22 Maret 2011] [diakses 22 Maret 2011] [diakses 22 Maret 2011] [diakses 22 Maret 2011]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H