Mohon tunggu...
Deti Ria Rahayu
Deti Ria Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya Deti Ria Rahayu seorang mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional dari universitas Sriwijaya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perang Rusia-Ukraina: Dinamika Geopolitik dan Dampak Kawasan

6 Desember 2024   19:45 Diperbarui: 6 Desember 2024   19:54 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kepentingan masing-masing negara cenderung bertentangan. Faktor geografis, yang bergantung pada lokasi dan keadaan kedua negara, menjadi pertimbangan utama. Ini adalah kenyataan yang menyulitkan Ukraina. Ukraina sebenarnya membutuhkan Rusia karena lokasinya yang strategis dan kekayaan alamnya. Namun, tujuan utama Ukraina adalah menjadi negara mandiri yang tidak bergantung pada Rusia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh NATO untuk membangun hubungan dengan Ukraina. Namun, Rusia merasa terancam oleh ekspansi NATO di Ukraina.  

 Kondisi yang rumit tersebut menunjukkan bahwa masing-masing pihak berkonsentrasi pada kepentingannya sendiri. Solusi alternatif tidak dicari oleh Rusia dan Ukraina untuk menjembatani kepentingan masing-masing. Rusia dan Ukraina melihat musuh mereka sebagai ancaman yang menuntut kekerasan. Rusia dan Ukraina terperangkap dalam perang tidak berujung, yang menyebabkan dunia menghadapi kondisi yang semakin sulit. Selain itu, campur tangan dari negara negara Barat memperburuk situasi dan membuat akhir perang tidak jelas. Bantuan militer Rusia kepada Ukraina justru mendorong Rusia untuk menyerang negara tersebut. Sebaliknya, kebijakan negara-negara Barat memperpanjang perang di Ukraina secara tidak sadar.   

Berawal dari konflik lama antara Rusia dan negara-negara Barat, terutama karena ekspansi NATO ke timur setelah runtuhnya Uni Soviet. Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin melihat ekspansi NATO sebagai ancaman langsung terhadap keamanan dan pengaruhnya di Eropa Timur, termasuk Ukraina. Selain itu, ada unsur identitas dan sejarah yang signifikan, karena Putin menganggap Ukraina sebagai bagian dari dunia Rusia. Putin juga menyatakan bahwa kedekatan Ukraina dengan Barat, baik dalam hal ekonomi maupun politik, mengancam stabilitas di wilayahnya. Sebaliknya, Ukraina berusaha memperkuat posisinya sebagai negara merdeka yang memiliki hak untuk memutuskan masa depannya sendiri, termasuk keinginan untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. 

Dinamika geopolitik   Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada Februari 2022, memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap geopolitik dunia, mengganggu stabilitas Eropa, dan meningkatkan ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat. Awal konflik ini berasal dari konflik yang lebih lama, di mana Rusia menentang ekspansi NATO ke timur dan berusaha mempertahankan pengaruhnya atas Ukraina, yang dianggap sebagai wilayah strategisnya. Ketegangan meningkat di Ukraina karena keinginan untuk bergabung dengan NATO dan meningkatkan hubungan dengan Barat. Amerika Serikat dan Uni Eropa memberikan bantuan militer dan sanksi ekonomi yang ketat terhadap Rusia sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Sanksi ini merusak ekonomi Rusia dan memicu krisis energi global.   Sebaliknya, China bersikap hati-hati dengan mendukung Rusia secara diplomatik, tetapi tidak terlibat langsung dalam konflik. Hal ini memperburuk hubungan antara China dan negara-negara Barat serta memperkuat blok non-Barat di dunia. Selain itu, konflik ini mempertajam pembagian dunia menjadi blok-blok yang semakin terpolarisasi, yang menyebabkan ketidakpastian di pasar global, dengan gangguan pada rantai pasokan dan krisis pangan yang melibatkan komoditas dari Ukraina dan Rusia. Dalam jangka panjang, hal ini akan berdampak pada stabilitas geopolitik global. 

Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat serta mengubah keseimbangan kekuatan di Eropa dan dunia. Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, memicu konflik karena berbagai alasan geopolitik, termasuk kekhawatiran Rusia terhadap ekspansi NATO ke timur dan klaim bahwa Rusia harus melindungi orang Rusia yang tinggal di Ukraina. Negara-negara Barat, dipimpin oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, mendukung Ukraina secara militer, ekonomi, dan diplomatik sebagai tanggapan atas invasi tersebut. Rusia semakin terisolasi di kancah internasional sebagai akibat dari sanksi ekonomi keras, termasuk pembekuan aset dan larangan perdagangan, yang memperburuk hubungannya dengan Barat.   

Dari sudut pandang keamanan regional, invasi ini menimbulkan ancaman terhadap stabilitas di Eropa dan menimbulkan perdebatan tentang seberapa efektif aliansi militer seperti NATO dalam menghadapi ancaman militer. NATO memperkuat posisinya di negara-negara anggota yang berbatasan langsung dengan Rusia, sementara negara-negara Eropa lainnya memperluas kebijakan pertahanan bersama. Selain itu, karena Rusia adalah salah satu pemasok utama gas dan minyak ke Eropa, perang meningkatkan ketegangan di dunia energi. Sanksi yang dikenakan terhadap Rusia serta upaya Eropa untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Rusia menyebabkan lonjakan harga energi di seluruh dunia dan memperburuk krisis energi saat ini. Selain itu, konflik ini memperkuat aliansi non-Barat, dengan negara-negara seperti China yang cenderung mendukung Rusia secara diplomatik, meskipun tidak berperang secara langsung. 

Dampak Terhadap Hubungan Internasional   Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada Februari 2022, mengubah politik, ekonomi, dan keamanan dunia. Setelah invasi Rusia, hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat menjadi lebih buruk. Negara-negara Barat ini menanggapi dengan mendukung Ukraina dan menjatuhkan sanksi keras terhadap Rusia. Negara-negara non-Barat seperti China dan India mungkin mendukung Rusia atau tetap netral, tetapi sanksi ini mencakup embargo energi dan pembekuan aset yang berdampak pada ekonomi Rusia. Selain itu, perang ini meningkatkan ketegangan di Eropa, terutama di negara negara yang berbatasan langsung dengan Rusia. Ini juga mendorong NATO untuk meningkatkan posisinya di Eropa Timur. Krisis energi global disebabkan oleh ketergantungan Eropa pada energi Rusia, yang menyebabkan lonjakan harga dan pencarian pasokan alternatif dari negara penghasil energi lain. Selain itu, perang di Ukraina dan Rusia adalah eksportir utama komoditas pertanian, seperti gandum, yang menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga. Perubahan ini menambah perpecahan antara blok negara pendukung Barat dan Rusia, dan menambah ketidakpastian dalam dinamika geopolitik global. 

Konflik ini juga mengubah hubungan internasional dan ekonomi global, membahayakan stabilitas global dalam jangka panjang. Fakta bahwa Rusia adalah pemasok utama gas dan minyak Rusia ke Eropa, konflik ini juga menyebabkan krisis energi global dan memperburuk ketergantungan energi antara negara-negara penghasil dan konsumen. Selain itu, karena Ukraina dan Rusia adalah eksportir utama gandum, perang ini menyebabkan kelangkaan pangan dan lonjakan harga. Ketakutan akan ekspansi Rusia di Eropa mendorong NATO untuk memperkuat kehadiran di Eropa Timur, yang menyebabkan ketegangan militer meningkat. Secara keseluruhan, perpecahan global semakin meningkat sebagai akibat dari perang ini, yang menimbulkan banyak ketidakpastian dalam hubungan internasional dan mempercepat transformasi aliansi geopolitik global. 

Kesimpulan   Perang Rusia-Ukraina dan aneksasi Krimea merupakan langkah unilateral yang dipicu oleh faktor geohistoris. Ukraina, yang terletak antara kekuatan NATO dan Rusia, menjadi perebutan pengaruh. Peristiwa Euromaidan yang mendorong gerakan revolusi di Ukraina direspon oleh Rusia dengan aneksasi Krimea, sebagai bagian dari strategi neo-imperialis untuk mengembalikan kejayaan kekaisaran Rusia. Secara geopolitik, Krimea penting bagi Rusia untuk mengimbangi Barat dan NATO. Selain itu, aneksasi Krimea memberi keuntungan militer bagi Rusia, menghilangkan kebutuhan membayar sewa pangkalan militer di Laut Hitam. Secara ekonomi, Ukraina menghadapi kesulitan karena ketergantungan pada pasokan gas Rusia. Sementara itu, Rusia mungkin kehilangan pasar Eropa tetapi dapat mencari pasar baru. Secara historis, Rusia memiliki hubungan panjang dengan Ukraina, bahkan sejak era Kekaisaran Rusia dan Soviet. Putin mengklaim aneksasi Krimea sebagai upaya penyatuan dengan saudara sebangsa, mengedepankan sentimen etnis Rusia, karena mayoritas penduduk Krimea dan Ukraina berbahasa Rusia. Bagi Ukraina, aneksasi ini bertentangan dengan keinginan untuk merdeka dan mengadopsi demokrasi, sementara NATO berusaha memperkuat posisinya di kawasan dengan mengajak Ukraina bergabung.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun