Sangat kontras dengan berita Senin minggu lalu saat dakwaan JPU terhadap LHI digelar di pengadilan Tipikor Rasuna Said Jakarta. Semua media dalam hitungan menit mengupdate berita isi dakwaan JPU dalam fokus beritanya.
Hari ini, Senin satu minggu kemudian setelah pembacaan dakwaan JPU sidang pembelaan (eksepsi) LHI digelar, media sangat berbeda perlakuannya. Hanya sebagian kecil yang diinformasikan dan itupun hanya sebatas hal-hal yang seolah-olah menyalahkan KPK. Padahal sejatinya pengacara LHI mengatakan bahwa dakwaan JPU sangat ngaco, mengada-ada dan melebar tidak jelas.
Di detik contohnya, justru yang masuk berita populer adalah tentang Selfi yang menelurkan album baru bertema PKS... Padahal minggu lalu baik artikel baru maupun populer hampir seluruhnya seputar tuntutan JPU. Juga pastinya media-media lain.
Terlihat sekali bahwa Media di Indonesia masih sangat jauh dari kemerdekaan berpendapat dimana hampir seluruh media khususnya media maenstream tidak bisa berbuat apa-apa selain menganggap dirinya budak yang selalu menganga dan menadahkan tangannya sambil bersimpuh compang-camping menanti serpihan nasi dari sang pemilik modal meski dosa adalah taruhannya.
Jelas masyarakat Indonesia khususnya umat Islam akan dirugikan karena ketidakadilan media dalam memberikan berita yang berimbang.
Contoh nyata dalam kejadian di Turki beberapa waktu yang lalu dimana media begitu gencar memberitakan demonstrasi anti Erdogan yang anarkis dan jumlahnya sangat sedikit. Tapi begitu demonstran pendukung Erdogan melakukan aksinya yang sungguh luar biasa damai dengan masa yang sangat fantastic justru tidak diberitakan oleh media. Media bungkam seribu bahasa.
Begitupun persidangan LHI, terlihat sekali ketidak berimbangan media dalam memberikan berita kepada umat Islam yang notabene adalah mayoritas rakyat di negeri ini dan pastinya para kader dan simpatisan PKS. Umat Islam diperdaya untuk dibuat buta, tuli dan bisu agar tidak mengetahui berita yang dijelaskan tim kuasa hukum LHI yang mengakui bahwa ada skenario menghancurkan PKS menjelang Pemilu 2014.
Kasus Yudi Setiawan adalah faktanya. Adakah tahanan yang bisa diliput ekslusif oleh media dalam hal ini TVnya Ical Bakri dalam menjelaskan kronologis bagaimana Yudi memberikan gambaran korupsi itu bisa dilakukan pada sebuah white board. Sungguh tahun politik yang penuh intrik kekuasaan.
Ketakutan media khususnya media anti Islam akan kebangkitan Islam di Indonesia seperti halnya di Turki dan Mesir yang diyakini akan diwakili PKS sebagai partai Islam terbesar dan paling solid sungguh nyata terlihat. Pada akhirnya kita meyakini memang ada upaya penghancuran partai Islam terbesar saat ini yaitu PKS untuk terjerembab dan kalah dalam Pemilu 2014 agar tidak bisa lagi berkontribusi vokal dalam mengintervensi undang-undang yang bisa menguntungkan umat Islam.
Salam untuk para penulis yang ikutan buta, tuli dan bisu dalam melihat kasus ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H