[caption id="attachment_189934" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi : http://www.suarapembangunan.net/images/stories/uang-100-1.jpg"][/caption]
Bulan Ramadhan tiba, televisi beramai – ramai menayangkan program khusus untuk mengisi Ramadhan, mulai dari acara sahur hingga berbuka hingga sahur lagi. Semuanya dipenuhi dengan program – program acara “relijius”.
Pertanyaan “nakal”-nya adalah, apakah media tersebut melakukan hal ini, murni dakwahkah? Ataukah sekedar berjualan dengan menggunakan "dakwah" sebagai komoditasnya?
Berdakwah melalui musik dengan membuat Industri musik dengan merek dakwah. Sangat tipis sekali perbedaannya. Jadi jeli dan berpikir kritislah .
Apakah lagu-lagu religius yang diciptakan band-band saat Ramadhan itu murni dakwah atau hanya karena masalah pasar? Mungkin harus dikaji dengan lebih cermat lagi. Bisa jadi karena masalah pasar, karena pada saat Bulan Ramadhan banyak peminat musik model-model religius, maka dibuatlah musik jenis Ini. Begitukah?
Akhir-akhir juga timbul fenomena gerakan bisnis label islami, kecerdasan spiritual, sedekah agar berlipat duniawi. Itu semua, apakah murni dakwah atau hanya masalah kapitalisme?
Saya ambil contoh tentang fenomena bank syariah. Bank Syariah hadir sebenarnya dilatarbelakangi bahwa operasional Bank selama ini adalah salah alias tidak sesuai dengan syariah.
Jadi, jika mau bener, harusnya bank-bank konvensional melihat fenomena ini tersadar, oo selama ini kita salah. Kemudian, mereka bertransformasi total menjadi Bank Syariah.
Tapi apakah nyatanya begitu? Pada kenyataannya Bank- bank tersebut hanya membuka cabang Syariah. Jelaslah ini bukan masalah syariah atau tidak. Tapi Ini masalah pasar.
Masalah pasar, karena para bankir, melihat adanya pangsa pasar tentang syariah, akhirnya mereka membuka cabang syariah.
Jadi apakah kita masih berpikir bank – bank tersebut perduli tentang sistem ekonomi syariah? Tidak. Mereka tidak perduli. Yang mereka perdulikan hanyalah keuntungan. Mengenai apakah bentuknya syariah, konvensional, atau apalah namanya. Asalkan itu menguntungkan, itulah yang di-“jual”