Mohon tunggu...
oposisi jalanan
oposisi jalanan Mohon Tunggu... -

Bosen jadi karyawan, coba usaha sendiri dan usaha sama teman2, coba robah profesi tapi kayaknya belum dapat yg ideal..kritis, peduli pad apersoalan rakyat dan negara. Sosialis religiius, humoris dan sedikit hedonis khususnya traveling, nonton, baca, dll

Selanjutnya

Tutup

Money

Mafia Pupuk Sengsarakan Petani

19 April 2011   03:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:39 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sudah 65 tahun kita merdeka tapi nasib petani kita masih saja memprihatinkan. Terbelenggu dengan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan penderitaan. Menjadi petani bukanlah suatu pilihan atau kebanggaan melainkan suatu keterpaksaan karena mereka tidak tahu lagi harus bekerja apa. Sebagian dari penduduk desa bertarung mempertaruhkan nyawa dan harta benda dengan merantau ke kota.  Mayoritas dari mereka menjadi gembel, kaum miskin kota dan pengemis jalanan.

Petani Indonesia dapat kita katakan sebagai petani yang paling menyedihkan nasibnya diantara para petani di seluruh dunia. Keterbatasan lahan pertanian, kekurangan modal, alat dan sarana pertanian, ketidaktahuan teknologi pertanian, hambatan pasar serta yang selalu menjadi problema abadi petani Indonesia : ketersediaan pupuk yang murah dan berkwalitas.

Pemerintah tahun ini menganggarkan Rp. 16.5 triliun untuk subsidi pupuk. Tahun lalu sebesar Rp. 18.5 triliun. Subsidi yang sangat besar tersebut sama sekali tidak mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Fakta di lapangan pupuk selalu langka dan mahal. Subsidi besar tersebut hanya dinikmati oleh produsen pupuk yg 90 % adalah BUMN , para distributor dan penjual pupuk.  Petani tetap tak bergeser posisinya sebagai objek dan komoditi politik yang namanya selalu dipakai sebagai legitimasi pemborosan uang negara.

Produksi dan distribusi pupuk di Indonesia telah dikuasai oleh mafia selama berpuluh - puluh tahun. Kebijakan pemerintah mengenai pupuk selalu tak terlepas dari kepentingan mafia pupuk ini. Produksi pupuk yang melimpah tak menjadikan pupuk menjadi murah dan tersedia. Sebagian besar pupuk tersebut dipindahtangankan kepada mafia - mafia pupuk untuk kemudian dijual kembali kepada petani dengan harga yang tinggi. Subsidi ratusan triliun yang telah dikeluarkan selama bertahun - tahun dinikmati para mafia pupuk dan produsen pupuk.

Salah satu solusi mencegah kebodohan ini terulang kembali adalah dengan mengambil kebjikan yang radikal terhadap sektor produksi dan distribusi. Di samping itu, yang tak kalah pentingnya, pemerintah harus secara total mendorong digunakannya semaksimal mungkin pupuk organik yang telah terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian melalui pemulihan kesuburan lahan pertanian. Jika penggunaan pupuk organik yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat disosialisasikan kepada para petani seluruh Indonesia, maka dapat dipastikan produksi pertanian akan meningkat tajam, penggunaan pupuk kimia bersubsidi akan berkurang, petani akan sejahtera dan negara akan untung karena dapat meminimalisir subsidi.

Kita tunggu sikap dan kebijakan pemerintahan SBY yang katanya peduli dengan nasib petani Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun