Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sensasi "Bamboo Rafting" di Sungai Amandit (Datsun Risers Expedition)

21 Januari 2016   12:03 Diperbarui: 21 Januari 2016   13:09 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menaklukkan Sungai Amandit/dethazyo"][/caption]Mendengar nama Bamboo rafting untuk kedua kalinya membuat rasa trauma dalam diri pribadi melanda. Dahulu Bamboo rafting pernah dilakukan pada salah satu sungai di Garut, Jawa Barat. Aktivitas memilih bambu, merakit, hingga menaikinya sendiri bersama 3 orang teman. Selama perjalanan mengarungi derasnya aliran sungai, ketika bertabrakan dengan batu, salah satu bambu lepas dan mengenai pelipis kiri.

Pada saat itu nyali sedikit ciut ketika mendengar bamboo rafting. Namun kali ini berbeda, saat ini kita dalam mengikuti rangkaian kegiatan dari dari Datsun Risers Expedition. Berada di Kalimantan Selatan, tepatnya di desa Loksado, dengan sungai bernama Amindit, Kecamatan Loksado, Kalimantan Selatan, sungguh kombinasi yang pas. Semangat dengan sendiri kembali meninggi, berbeda tempat berbeda pula sensasi yang akan dimunculkan. Begitulah prinsip sederhana yang kami pegang.

Mendapatkan info Risers 3 (saya, Harry, Fawzy) akan dipandu dengan instruktur yang telah mengenal sungai detail sungai ini sedari dulu hatipun dibuat lega. Di samping kita belum beranjak ke level pro dalam olahraga extreme ini, tingkat risiko bisa sedikit diminimalisir.

Segala peralatan untuk basah-basahan telah disiapkan, tinggal membawa diri untuk segera menyatu dengan derasnya arus air dan kerasnya hempasan batu mengenai rakit kita. Begitu semangatnya hingga teriakkan kecil berubah menjadi besar. Semakin keras sampai-sampai gendang telingga menerimanya lebih dari kadar makmimal.

[caption caption="great Journey/dethazyo"]

[/caption]Bertemu dengan teman lainya dari rakit yang berbeda membuat kita tak jarang berbagi senyuman, rangkaian semangat membuka kami jalan untuk mencoba mendayung menggunakan bambu panjang, mencoba menerka-nerka gaya sang instruktur yang sampai-sampai seakan terbang dalam mendayung.

Melirik ke kiri dan ke ke kanan memperlihatkan kita akan mahakarya sang maha kuasa berbentuk indahnya alam Kalimantan. Betapa beruntungnya bisa melangkahkan kaki ketempat ini. Mungkin yang ada di benak kita terdahulu Kalimantan hanya sebagai gudangnya perusahaan asing mengais rejeki dengan mengubah hutan rimba menjadi ladang sawit serta mengganti fungsi hutan dengan mendirikan ragam pabrik penghasil limbah bagi si pribumi.

[caption caption="get ready/dethazyo"]

[/caption]Bangga pula bisa mengetahui kalau di sini masih ada hutan yang benar-benar masih terjaga ke asrinya. Betapa indahnya hidup, jika manusia saja mampu memanfaatkan alam secukupnya, bukan dengan cara mengekploitasinya secara besar-besaran. Meski hanya dengan rakit sederhana pemikiran demi pemikiran tak sepenuhnya berada pada kesenangan semata, tetapi kita sebagai generasi penerus bangsa bisa menjadi penjaga sekaligus aktor utama merawat hutan agar tak terjamah tangan-tangan nakal.

Tepat di tengah perjalanan, hujan pun menguyur deras, tingkat dinginnya air menyatu padu dengan bulir-bulir rintik hujan. Membuat tubuh dilanda kedinginan, untuk mencegah agar tak terkena hipotermia. Aktivitas mendayung ditingkatkan menjadi dua kali dari sebelumnya. Hal itu membuat tubuh kita tetap terjaga dari dinginnya udara yang menusuk.

Sampai akhirnya tak terasa 2 jam perjalanan menelusuri sungai Amandit, pengalaman ini nantinya siap dibagikan kepada keluarga, teman-teman, hingga lainnya secara luas. Guna membawa pesan sederhana. “Pariwisata lebih menguntungkan dibanding membangun pabrik". Masyarakat lokal merasakan manfaat, masyarakat luar mendapatkan pengalaman, begitu kiranya sinergi yang nanti akan dimunculkan.

Go Risers..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun