Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pikir Lagi, Nikah Muda atau Nikah di Usia Ideal?

26 Agustus 2016   00:11 Diperbarui: 26 Agustus 2016   00:56 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua insan menikmati kebersamaan (loc: Gusung Pasir, Kepulauan Derawan)/ dethazyo

Saat bangku masih terlihat kosong tak kunjung diisi siswa, baik selama berhari-hari, berminggu-minggu, hingga mencapai berbulan-bulan. Tanpa kabar sama sekali, sehingga berselang beberapa hari kemudian, barulah sepucuk undangan datang. Undangan tersebut terbungkus rapi, bertuliskan dari sahabat yang menginginkan para sahabatnya datang pada pesta pernikahannya.

Itulah pengalaman saya pribadi sewaktu masih menyengam pendidikan dibangku sekolahan baik saat masih mengenakan seragam putih - biru maupun putih abu-abu. Hal itu menjadi momok menakutkan bagi pelajar ketika siswa lain turut tak hadir dalam waktu yang lama. Satu orang menikah, berarti jumlah siswa dalam ruangan kelas berkurang satu orang. Dalam bahasa lainnya satu teman mulai meninggalkan sekolah. Sedih tentu, namun sudah jalannya, mau bagaimana lagi.

Berhubungan sex diluar nikah memang menjadi candu bagi para remaja. Berawal dari rasa ingin tahu yang menggebu-gebu, setelah mencoba, sudah paham rasanya, dan berakhir dengan nafsu yang tinggi serta seakan berujar ingin lagi dan lagi. Hasilnya, hal yang tak diinginkan datang. Tanda dua garis, begitu menakutkan untuk dilihat ataupun didengar. Seraya mendapatkan sebuah pencerahan melalui dua kata yang terucap lirih “aku hamil."

Kedua pasangan pun kemudian berpikir solusi setiap harinya, bahkan ujian nasional yang menakutkan dilihatnya sebagai ujian biasa. Akhir dari proses berpikir panjang tersebut memunculkan dua opsi. Aborsi atau kawin muda.

Harusnya memposisi diri bangga atau tidak sebagai teman, namun dari kedua opsi tersebut, banyak diantaranya memilih untuk nikah muda. Karena menghilang nyawa, apalagi buah dari hasil percintaan jelas melanggar hukum tadisional dan hukum negara.

Inilah awal kisah dua insan yang jatuh cinta dengan umur yang masih sangat muda. Berjanji satu hati namun belum mampu berucap pasti, berkata cinta kasih namun masih sebatas romansa sekolahan, berbicara kebersamaan namun hanya sebatas tipuan untuk mampu meniduri. Lucu namun itulah fakta.

Menikah muda pun dijadikan alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan lagi, jangankan berpikir sekolah tinggi-tinggi, kebutuhan susu anak serta untuk makan sehari-hari rasanya memaksa impian yang dulunya setinggi angkasa, kini hanya menyajikan sebuah cerita baru yaitu berteman dengan realita. Mencari kerja demi dapur ngebul serta guna tumbuh kembang si kecil.

Pendidikan yang tak tinggi-tinggi amat, menjadikan pekerjaan yang didapat tak mampu menutup semua kebutuhan. Bingung dan bingung hingga memaksa pikiran mencari ragam cara dijalur kebaikkan, demi mencukupi katanya. Dan pada moment itulah pasangan nikah muda akan berujar nada-nada penyesalan.

Proses Menuju Nikah Ideal

Saat ini umur saya memasuki usia 24 tahun yang berarti sebuah sinyal, jika mengikuti umur menikah ideal, harus menunggu 2 tahun lagi penantian. Belum lagi harus merapikan permasalahan ini itu, baik dari aspek pola hidup, pendidikan yang sempat tertunda, serta memiliki pekerjaan yang nantinya mampu menghidupi keluarga dalam kecukupan.

Kenapa menunggu sampai usia ideal? Pertanyaan tersebut cukup skeptis bagi diri pribadi, namun jawaban pun telah tersedia guna merencanakan masa depan yang cemerlang. Jawabannya satunya lagi ialah bahwa di daerah dimana jiwa & raga tumbuh serta berkembang (Sumbawa Besar, NTB), telah memberikan masukan berupa dampak negatif dari nikah muda yang malah berakhir pada perceraian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun