Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Membangun Kreatifitas lewat Sampah

12 Februari 2012   17:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_160759" align="aligncenter" width="686" caption="semangat siswa SMA 4 Jakarta Pusat"][/caption]

“Kenapa masih banyak orang yang kurang sadar dengan tentang pengelolahan sampah?”

Pertanyaan tersebut terlihat lazim ditanyakan semua orang termasuk Ilham Faqih Pratama. Siswa kelas X, SMAN 4 Jakarta Pusat, geram dengan kesadaran masyarakat yang minim akan sampah. Hal yang wajar, namun jika bertanya apa yang sudah ia lakukan terkait upayanya dalam penyelamatan lingkungan hidup, tentu  bukan tanpa alasan dia mempertanyakan hal ini. Masih ingatkah kita dengan beberapa mainan tradisional yang pembuatannya notabene dari sampah? Tentu hal yang sangat unik mengubah sampah menjadi mainan. Hal ini pernah dilakukan oleh salah seorang anak sekolahan di Jakarta. “Saya pernah mengelolah dari kulit jeruk bali menjadi bentuk mobil-mobilan. Saya juga pernah mengelolah sampah dari gulungan bekas tisu-tisu dan kardus menjadi mainan anak-anak berbentuk hewan-hewanan” ujar Faqih dalam acara pelatihan aksi konservasi air dan pengelolahan sampah di SMAN 4 Jakarta Pusat (11/2/2012), yang diselenggarakan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jakarta dan Green Student Movement (GSM). Ternyata sampah bisa menjadi suatu kerajinan dan mainan jika dimanfaatkan secara benar. Untuk sekelas anak sekolahan tentu sampah sudah menjadi teman bagi para siswa-siswa di SMAN 4. Bekas cemilan, kertas-kertas, dan botol-botol minuman tidak luput dari aktifitas siswa-siswa selama berada dalam lingkungan sekolah. Betapa tidak, jika dilihat total penyumbang sampah terbanyak, sekolahan berada ditempat ke-3 setelah pemukiman dan perkantoran dengan persentasi 5.32 %. Paradigma sampah yang ada saat ini masih mengunakan paradigma lama yaitu KUMPUL-ANGKUT-BUANG. Otomatis dari hal ini bisa menimbulkan masalah seperti beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sangat tinggi dan menimbulkan dampak lingkungan yang semakin berat (bau, air tanah tercemar). “hal yang harus dilakukan adalah dengan cara membuang jauh-jauh paradigma lama itu, menggantinya dengan paradigma yang baru dengan mengutamakan prinsip sampah sebagai sumber daya dan prinsip pengendalian pencemaran. Pelaksanaan prinsip tersebut dapat dilaksanakan dalam kegiatan 3R (reduse, recycle, reuse), Waste to energy, dan pengelolahan akhir yang Environmental Friendly” seru Boun Kusnandar, pelaksana Program WALHI Jakarta. Ia menambahkan, “keuntungan yang didapat bisa menghemat sumber daya, beban pencemaran berkurang, bernilai ekonomis dan lain-lain. Sepertinya rekan-rekan muda SMAN 4 Jakarta Pusat sudah bisa melaksanakan hal ini, tinggal diberikan pembinaan secara sustainable maka niscaya hasilnya bisa maksimal.” Pelatihan tersebut berjalan dengan lancar dan penuh antusias dari siswa-siswa SMAN 4 Jakarta Pusat. Hingga sesi tanya jawab, aksi membuat komposter dan biopori, hampir tidak seorang pun dari siswa SMAN 4 merasa lelah. “pelatihan ini sangat menyenangkan, disini saya belajar banyak tentang sampah. Baik pemilihan sampah, pengelolahan, dan sebagainya. Generasi muda seperti kita ini harus lebih bisa mengelolah sampah-sampah karena zaman sekarang banyak barang-barang canggih untuk mempermudah kita  mengelolah sampah” cerita Sabrina Novyanca, Siswa kelas X B, SMAN 4 Jakarta Pusat. SMA BISAAAA!! Ditengah euforia sekolah menengah kejuruan (SMK) yang telah menorehkan sejarah membuat berbagai inovasi seperti mobil Esemka yang kian populer saat ini. SMA juga tentu tidak bisa dicap mundur atau sebagainya. Dilihat dari realita yang ada. Orang tua dengan semangat pasti memilih SMA untuk anak-anaknya melanjutkan pendidikan. Dalam hal prestasi khususnya lingkungan spesifik lagi sampah. Secara individual mereka telah banyak berinovasi dalam menyulap sampah dalam berbagai bentuk. Purwandari misalnya. Siswa kelas X-4, SMAN 4 Jakarta Pusat. “saya pernah mengumpulkan kertas-kertas bekas dan plastik-plastik bekas dan mengelolahnya menjadi kerajinan tangan. Mangkuk lukis dan lentera. Saya juga pernah mengumpulkan stick-stick es krim dan mengelolahnya menjadi tempat spidol dan alat tulis. Plastik kemasan makanan juga berguna jadi saya gunakan untuk menyampul buku.” Tidak mau kalah dengan Purwandari. Nasha C. Siregar, kelas X-E, SMAN 4 Jakarta Pusat menyatakan. “saya juga pernah mengelolah sedotan bekas dan gelas bekas minuman menjadi sebuah hiasan bunga yang bergantung digelas bekas yang menjadi potnya. tidak hanya dalam segi lingkungan semata, siswa SMA juga dalam bidang lainnya telah banyak menghasilkan karya. Melirik nun jauh ke Nusa Tenggara Barat. Miftahul Arzak, mantan ketua OSIS SMAN 1 Sumbawa (2007-2008) sekaligus jebolan Parlemen Muda Indonesia 2012. Sekarang telah memulai proyek sosial di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang di fokuskan di desa Prigi Lombok timur dan Sumbawa Besar berupa taman bacaan untuk masyarakat. Jika di review, baik SMA dan SMK sama-sama berinovasi dalam membuat perubahan, baik skala kecil maupun besar. Jadi jangan takut untuk selalu berkarya. Always think out of the box guys... @dethazyo

13290677272031196615
13290677272031196615
13290677821862300888
13290677821862300888
1329067897430438616
1329067897430438616
1329067945690549281
1329067945690549281
13290680131022966743
13290680131022966743
1329068082721928
1329068082721928
13290681301347290379
13290681301347290379
13290682151481979134
13290682151481979134
13290682821040622095
13290682821040622095
1329068323960847514
1329068323960847514
Sumber Foto: Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun