[caption id="attachment_74308" align="aligncenter" width="300" caption="saat online kompasiana"][/caption] “Menulis untuk menang” itulah idealisme ku dalam menulis selama ini, tidak ada suatu keinginan untuk berbagi ide, gagasan hingga berita untuk di share dengan teman-teman, yang ada hanya menulis untuk perlombaan, perlombaan dan perlombaan. Tapi hal itu step by step berubah ketika aku mengenal blog keroyokan kompasiana. Kenapa bisa seperti itu? Awal pengenalan ku dengan Kompasiana pertama kali yaitu diberitahu oleh sepupu bahwa blog keroyokan itu(kompasiana) memiliki banyak event perlombaan setiap bulannya, dari situlah awal mulanya saya tertarik dengan social media yang satu ini. Saya pun mencoba menshare tulisan yang biasa-biasa saja, tidak menunggu waktu yang lama tulisan saya sudah penuh dengan bejibun komentar dari Kompasianer (sapaan akrab pengguna Kompasiana) lainnya, di dalam komentar itu para Kompasianer ada yang mendukung bahkan ada yang kontra dengan tulisan kita, tentunya saya menyambut baik komentar-komentar yang diberikan karena saya sebagai pemuda memiliki jiwa yang tinggi dalam mempertahankan suatu pendapat, tidak jarang pula kami beradu gagasan hingga terjadi perdebatan yang sengit di social media ini. Lama kelaman saya justru asik menshare banyak tulisan di kompasiana ini dikarenakan merindukan adrenalin perdebatan serta mendengar komentar-komentar dari Kompasianer yang bisa membuat jantung berdebar kencang, tanpa disadari idealisme ku dalam menulis selama ini terkikis walaupun belum menyeluruh. Didalam Kompasiana inilah saya memiliki banyak teman-teman yang notabenenya mastero dalam menulis oleh karena itu saya pun tidak segan-segan untuk belajar kepada mereka walaupun tidak secara langsung, tetapi saya belajar dari banyak tulisan-tulisan yang mereka share dan menjadi sumber inspirasi buat saya dimasa depan kelak. My dream come true, akhirnya saya bisa berkenalan dan bertemu langsung dengan mereka melalui kopdar yang di gagas oleh para kompasianer-kompasianer yang ada di Jakarta, di situlah saya bertenu dengan sosok yang menjadi inspirator dalam hidup saya, siapa dia? Beliau adalah bapak Dian Kelana, meskipun beliau hanya memiliki ijazah SD saja tetapi beliau memiliki semangat serta keinginan yang kuat dalam meraih mimpi-mimpinya, liat saja buktinya sekarang beliau bisa selangkah lebih maju daripada orang-orang yang mengenyang bangku kuliahan. Jadi tidak salah saya menjadikan beliau sebagai Inspirator dari sepuluh besar inspirator yang paling berpengaruh dalam hidup saya. Meskipun pengenalan saya di Kompasiana bisa dibilang seumur jagung, tidak bisa dipungkiri bahwa Kompasiana lah yang mengubah pandangan serta idealisme saya dalam menulis, saya sekarang lebih bisa memaknai menulis adalah menginspirasi dan terinspirasi. Many more thank for Kompasiana for sharing and connecting.
“ idealisme yang saya pegang dulu: I’m the winners not a losers.”
“idelisme yang saya pegang sekarang : untuk menjadi seorang pemenang harus bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pencundang.”
[caption id="attachment_64976" align="aligncenter" width="228" caption="bareng kompasianer jakarta"][/caption] [caption id="attachment_74309" align="aligncenter" width="300" caption="lagi online malah di foto, wlac-walac"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H