Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kehidupan "After Campus"

10 Oktober 2013   23:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:42 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13814242741719843589

[caption id="attachment_271555" align="aligncenter" width="648" caption="ilustrasi/my bro jati swaramahardika"][/caption] After Campus, I want to……”

Meski sudah sudah menikmati manis pahitnya mengenyam bangku sekolahan dan sekarang telah menuntut ilmu di perguruan tinggi, hal diatas adalah pertanyaan yang cukup sukar walaupun harus memutar balikkan logika berpikir. Bisa saja secara gampang berkata “do whatever I want” namun kata tak selalu semudah diucapkan ketika berbicara hasil akhirnya.

Bisa dibilang kegiatan sehabis berjam-jam menikmati slide demi slide materi pelajaran adalah suatu keharusan. Materi yang tersaji tak ubahnya hanya sebuah teori, butuh waktu khusus untuk memahami lebih dalam agar materi tak hanya sekedar teori tanpa ada suatu upaya untuk membuatnya nyata dan digunakan dalam lingkungan masyarakat.

Berkaca kepada teman sebaya, mereka menghabiskan waktu seusai kuliah dengan kongkow dibeberapa tempat strategis di kampus untuk sekedar melanjutkan tradisi ngopi (meskipun minum tea atau lainya), ngobrol ringan dan memulai sedikit joke yang mengundang canda tawa. Adapun yang lebih hipster memilih waktu mereka seharian berada dalam perpustakaan, mengasah ilmu yang telah dipelajari dan mencari referensi lebih untuk menambah khazanah alam pikir. Serta tak sedikit pula yang memanfaatkan waktunya untuk ber-texting ria entah dengan siapa ataupun sekedar mengecek gadget untuk mengetahui apa saja isu yang sedang happening belakangan ini.

Banyak memang jika harus dimunculkan satu persatu, bahkan tak sedikit ketika jarum jam menandakan waktu perkuliahan telah habis, maka mereka dengan segera mengemasi barang mereka dan segera memacu kencang motor mereka, entah langsung pulang atau ada keperluan lain.

Gambaran akan banyaknya aktivitas yang bisa dilakukan, membuktikan waktu pulang kuliah tak harus menjadi seraya mahasiswa dengan label kupu-kupu (kuliah-pulang), tapi banyak hal yang bisa digali. Pada selasa siang entah tanggal berapa, tepatnya awal perkuliahan pengantar ilmu politik, dosen politik, pak Mustofa, kalau tak salah pernah berujar. “ada 3 tipe mahasiswa saat ini setelah saya amati, pertama tipe aktivis, orang pintar, dan tipe biasa aja. Ketiga tipe tersebut memiliki masing-masing keunggulan.”

Tipe mahasiswa aktivis kampus misalnya, bisa dibilang tipe satu ini lulusnya lama, tapi keuntungannya relasi yang besar membuat mereka bisa langsung survive didunia kerja. Kehidupannya lebih mementingkan organisasi yang telah dibesarkan daripada sekedar mendengar ocehan materi dari dosen yang sebenarnya bisa dicari di google. Aktifnya mereka di organisasi membuat kenalan yang didapat bisa dari mana saja.

Tipe mahasiswa pintar, sangking pintarnya aktivitas tak jauh meliputi sekitar kampus, perpustakaan dan rumah. Cenderung tak memiliki teman, kebanyakan bisa dibilang berteman dengan setumpuk buku yang dianggap sebagai jendela dunia. (lalu google itu jendela apaan ya? hahha)biasanya mereka lulus cepat dan setelah melirik dunia perkerjaan mentalnya kurang siap untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bahkan kurangnya relasi membuat mencari pekerjaan terlihat lebih susah.

Tipe Mahasiswa Tongkrongan, keseringan berkelompok dalam berkumpul disuatu tempat tertentu di sudut kampus membuat hidup tak terlihat flat. Layak nya slogan makanan ringan yang ada di tipi life is never flat” keasikan memulai obrolan hingga terkadang lupa waktu, lupa masuk kelas dan kecendrungan tipsen (titip absen) yang membuat mereka lulus lama. Keuntungannya itu terletak dari relasi yang telah dibangun untuk kedepannya dapat berguna untuk kehidupan selanjutnya.

Begitulah sekiranya yang diungkapkan dosen politik tersebut. Kehidupan setelah perkuliahan juga dikenal sebagai suatu seni membunuh waktu, terkait benar tidaknya itu tergantung dari bagaimana anda mengamati kehidupan sekitar kampus. Ataupun anda sendiri mau mengelompokkan diri pribadi pada tipe yang mana, jawabannya bebas, b’coz life is all about taste.

@dethazyo

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun