Boleh jadi pandemi COVID-19 mematikan segalanya. Namun, virus dari Wuhan tak dapat mematikan kreativitas. Itulah yang saya dapatkan ketika menghadiri Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo) 2022 di Gedung ICC Cibinong Science Center, Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 27 Oktober.
Acara rekaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) jadi bukti kesuksesan Indonesia mampu menggalakkan iklim riset dan inovasi -- seperti mimpi Bung Karno. Apalagi pameran inovasi itu diikuti oleh ratusan periset, inovator, hingga inventor muda. Tanpa terkecuali.
Soekarno punya peranan besar bagi tumbuh kembang kebijakan riset dan teknologi. Kepemimpinannya jauh melampaui zaman. Bahkan, sukar terpikirkan oleh orang banyak. Ia kerap menganggap kemajuan riset dan inovasi adalah kunci kedaulatan Indonesia.
Kepercayaan itu membawa Bung Karno melenggang-langgeng membangun ekosistem riset dan teknologi Indonesia. Ia membentuk Kementerian Riset dan Teknologi pada 6 Maret 1962. Sebuah wadah yang menjadi tonggak utama ekosistem riset dan inovasi Tanah Air.
Pengembangan teknologi kelautan dan kedirgantaraan jadi fokus utamanya. Bung Karno terus mengupayakan anak-anak bangsa dikirim ke luar negeri untuk mendapatkan pendidikan memadai. Bacharuddin Jusuf Habibie, salah satunya.
Bung Karno berharap anak bangsa yang dikirim mampu menjadi ahli di segala bidang. Mereka diharapkan dapat kembali membangun negeri. Entah itu sebagai inovator atau 'arsitek' yang membangun Indonesia sebagai negara besar.
Soekarno menyebutnya sebagai bagian dari perjuangan. Lebih dari itu, urusan riset dan inovasi adalah soal hidup atau mati sebuah bangsa.
"Tetapi industrialisasi membutuhkan kecerdasan dan kejuruan, membutuhkan technical skill, membutuhkan keahlian teknik setinggi-tingginya untuk perencanaan dan pimpinan. Pemuda-pemuda Indonesia harus mengerahkan perhatiannya ke jurusan ini."
"Kesempatan harus bertebaran seluas-luasnya bagimu, hai pemuda-pemudi Indonesia, untuk melaksanakan industrialisasi itu. Ya, bagimu lah pekerjaan-besar yang akan mengubah sama sekali roman muka dan corak masyarakat kita ini," ungkap Bung Karno pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia Ke-10 dalam amanatnya yang berjudul Tetap Terbang Rajawali (1955).