Jikalau Bali membutuhkan waktu 50 tahun untuk dapat dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia. Kemudian, belakangan ada Banyuwangi (sebuah daerah dekat Pulau Bali) yang hanya membutuhkan 9 tahun bergerak dan berinovasi supaya daerahnya bisa (layak) menjadi wisata kelas dunia.
Lalu, kiranya berapakah waktu yang dibutuhkan oleh pemerintah provinsi lainnya (seperti Aceh) untuk berbenah, untuk mengenalkan, serta untuk mempromosikan daerahnya menjadi destinasi wisata kelas dunia? Kiranya bisa membutuhkan diskusi lebih lanjut.
Meski begitu, prihal potensi daerah-daerah yang ada di bumi nusantara, jelas tak perlu ditanyakan lagi. Itu semua karena hampir setiap daerah yang ada, paling tidak (selalu) memiliki Kekayaan alam, kekayaan atraksi wisata, kekayaan sejarah, serta kekayaan budaya yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya.
Termasuk Aceh (Provinsi paling barat di Nusantara). Karena selain kekayaan pariwisata, Aceh juga memiliki beragam seni budaya yang unik (seperti tarian, adat istiadat, sastra, seni lukis, maupun kegiatan spiritual  yang menarik).Â
Diatas kertas, begitulah keadaannya. Namun perkara fakta dilapangan, Aceh belum begitu demikian bersuara, sehingga membuat Provinsi yang berjuluk "Negeri Serambi Mekkah" tak masuk dalam daftar 5 wisata unggulan di Indonesia.
Melalui Plt Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT, ia mengungkap bahwa kini (Aceh) dari 15 program unggulan yang tengah dikembangkan. memilih pembangunan sektor pariwisata yang dipadukan dengan pengembangan usaha kreatif masyarakat sebagai salah-satu program unggulan.
Selain itu, "Terpilihnya Aceh sebagai 'World's Best Halal Cultural Destination' kian mendorong kami untuk lebih bersemangat membenahi berbagai fasilitas wisata itu. Dengan demikian, wisata Aceh mampu meraih Peringkat terbaik pada Global Muslim Travel Index (GMTI) 2020," tambah Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.