Sebagai penggemar dari film-film aksi Keanu Reeves, yang mulai menikmati karya-nya sejak Point Break (1991), Speed (1994), The Matrix (1999), Constantine (2005), 47 Ronin (2013), Hingga yang teranyar John Wick Trilogi (2014, 2017, & 2019), tentu kerinduan dalam tiap aksi terbarunya selalu dinanti.
Jika dia biasa tampil garang, berani, bahkan cenderung dikenal dengan istilah Baba Yaga (karena aksinya di John Wick) atau Boogeyman aka hantunya hantu, pembunuhnya pembunuh, penjahatnya penjahat.
Namun, kalau diliat lebih dalam lagi akan kariernya di seni peran, film-film dengan beragam genre telah ia geluti (selain action), mulai dari horror, drama, hingga komedi romantis. Kusus yang terakhir, kita bisa menikmati sisi lain dari Keanu Reeves dalam film Komedi Romantis yang digarap langsung oleh Victor Levin (yang juga merangkap penulis) dalam film "Destination Wedding (2018)."
Dalam film ini, jangankan adegan berdarah, jinakkan bom, memainkan olahraga ekstrem, tembak-tembakan apalagi harus beradu fisik lawan Yayan Ruhiyan (Mad dog) dan Cecep Arif Rahman dengan silat-nya. Kenapa? karena satu-satunya kegarangan yang tersisa hanya penampilan Keanu Reeves saat memainkan John Wick, lengkap dengan dengan jambang dan kumisnya yang ikonik.
Dan hanya itu. Sisanya berisikan romantisme ala dua manusia, yang setidaknya sudah didekatkan oleh takdir karena seringkali terlibat dalam situasi bersama. Berjumpa di bandara, duduk dibarisan bangku terakhir di Pesawat, kamar yang berdampingan saat di hotel, hingga duduk semeja di acara pernikahan.
"Tak ada ada yang kebetulan," begitulah pesan yang ingin ditampilkan oleh empunya film. Karakter Keanu disini cukup unik. ia berperan sebagai seorang pria bernama Frank yang sedikit pelit dan sukanya bersungut-sungut (menggerutu). Kemudian ia bertemu dengan Lindsay aka Winona Ryder (dahulu berdua pernah terlibat di film Bram Stoker's Draculla 1992) di Bandara.
Ajaibnya, keduanya sama-sama diundang untuk menghadiri pernikahan di luar kota oleh adik Frank yang ternyata mantan tunangannya Lindsay. Dalam tiap moment mereka dipertemukan dan selalu saja diakhiri dengan beradu argumen, hingga kemudian keduanya pun merasa cocok satu sama lain.
Kalau berbicara kekurangan, setidaknya ada dua yang terlihat. Pertama, karena karakter yang dominan muncul ialah mereka berdua dalam tiap scene, sehingga karakter lain nyaris (bahkan) tidak ada. Padahal, bisa juga mengekplor karakter lain semisal adik Frank ataupun istrinya. Kedua, karena terlalu banyak dialog sehingga akan terlihat sedikit membosankan diawal-awal.
Namun, hal itu rasanya memiliki dua sisi, bagi orang yang kurang suka dengan dialog panjang akan terasa kurang menarik, dan bagi yang menyukai dialog, akan menganggap kekuatan film ini terletak oleh dialog-dialognya yang dibumbui oleh kejenakaan.
Terakhir, Meski Keanu Reeves memainkan peran yang jauh dari sentuan action, rasanya tetap saja pesona aktingnya menarik untuk dinantikan. Ke depan, kira-kira kejutan apalagi ya, yang akan dihadirkan oleh film-film yang menjadikan Keanu Reeves sebagai aktor utamanya? Just wait and see..