Kala mendengar kembali karya rekaan Morrissey, mantan frontmen dari Band "The Smith" yang tenar sekitar tahun 1980-an. Entah mengapa gairah akan percaya diri secara tiba-tiba langsung menghinggapi diri. Apalagi saat lagu rekaannya yang berjudul "The More You Ignore Me, The Closer I Get" diputar, rasanya diri tak henti-hentinya ikutan bernyanyi. Betapa tidak, sekalipun bukan hidup di zaman old saat Morrissey jaya-jayanyanya, bagi diri pribadi, lagu tersebut sungguh membawa pesan mendalam berupa perjuangan, kerja keras dan pantang menyerah.
Sangking menginspirasinya pria bernama lengkap Steven Patrick Morrissey, sampai-sampai salah satu majalah mancanegara menyebutnya sebagai salah satu seniman paling berpengaruh sepanjang masa. Gelar inilah yang menjadi bukti dari eksistensinya Morrissey didunia tarik suara, sehingga saat mendengar kembali nama Morrissey entah diulas diradio, televisi atau mau konser kembali ke Indonesia, secara pasti sebuah kebanggaan berbalut kekaguman langsung mengisi ruang didalam diri.
Namun, ada yang berbeda kali ini, diri pribadi justru melihat dan mendengar ada sebuah hotel dibilangan Menteng, tepatnya di Jl. KH. Wahid Hasyim No.70, Kb. Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, yang memiliki nama Morrissey. Lantas, segala macam pertanyaan langsung memenuhi otak, semisal "apa ada hubungan nama hotel dengan Morrissey sang musisi?" atau "apakah ini hotel milik empunya lagu Alma Matters?" Kiranya itu pertanyaan yang langsung terlontar dipikiran.
Dikarenakan kepuasaan yang tak kunjung didapat, diri pun langsung membuka smartphone untuk menggali informasi secara langsung guna menemukan korelasi antara Hotel bernama Morrissey dengan sang empunya nama sendiri. Sialnya, informasi yang didapat, tak mampu menjawab rasa penasaran, hingga akhirnya diri pribadi memutuskan untuk menginap walau hanya satu malam di Hotel berbintang lima tersebut, itung-itung staycation bersama teman-teman.
Karena label saya dan salah seorang teman masih tergolong generasi milinial yang identik dengan julukan para pemuja kenyamanan dan kemudahan. Maka dari 5 pilihan tipe kamar (Studio, Studio Luxe, City Luxe, The Loft, The Apartement) yang mencapai total 135 kamar, pilihan akhirnya jatuh pada tipe kamar The Apartement alias tipe kamar yang mendiami strata puncak di hotel tersebut.
Saat hari H tiba, rasa penasaran semakin meninggi, sehingga moment mengemasi barang bawaan terasa tak begitu spesial. Hanya bawa pakaian seperlunya dan cus berangkat ke lokasi. Setibanya dilokasi, tepat sebelum memasuki gerbang masuk ke lobby, pemandangan berupa motor custom dan bajaj langsung menyapa. Hatipun berkata "pasti hotel ini mengusung tema vintage, serupa Morrissey, sang musisi zaman old."
Atas kebaikkan hatinya, Fanie kemudian mengajak saya untuk berkeliling sejenak melihat fasilitas apa saja yang ditawarkan oleh Morrissey. Tanpa aba-aba, langsung saja kami menuju lantai dua, disini terlihat jelas area business center dengan total 8 ruangan meeting dengan kapasitas dan model yang beragam. Kerennya, di business center turut pula dihadirkan fasilitas gratis berupa akses cetak dan memperbanyak materi. Hal ini tentu memudahkan siapa saja yang mengadakan meeting ditempat ini kala ada bahan/materi yang tertinggal atau lupa terbawa. Sungguh benar-benar membantu.