[caption id="attachment_136138" align="aligncenter" width="684" caption="1000 petis pemuda peduli pangan"][/caption]
“Eat Local Food, Save local farmer”
Pesan tersebut terlihat dalam secarik kertas yang dibawa salah seorang pemuda di Bunderan HI (16/10/2011). Adapula pesan-pesan lainnya bertuliskan Gue Cinta Kedaulatan Pangan, We Are The Indonesian 99%, Wujudkan Kedaulatan Pangan, Stop Impor Pangan dan pesan-pesan lainnya. Uniknya beberapa diantaranya membawa pesan tersebut sembari menggunakan kostum khas petani. bahan pangan seperti kentang, kacang panjang, jagung dan cabe kriting memenuhi kain putih yang tersedia. Ada yang sudah menebak, adapula masyarakat Jakarta yang bertanya-tanya hari apa ini?
World Food Day 2011 atau yang lebih dikenal dengan hari pangan sedunia diperingati oleh segenap lapisan masyarakat di seluruh dunia. Suatu momentum yang baik untuk menyuarakan atau sekedar menyampaikan aspirasi tentang kondisi serta problema pangan saat ini, yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun belakangan.
Di Indonesia, lebih rinci lagi di Jakarta. Momentum ini dimanfaatkan oleh sekitar ratusan pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi maupun komunitas pemuda yang ada. Green Student Movement (GSM), sebuah gerakan pemuda yang fokus terhadap agenda-agenda penyelamatan lingkungan hidup di Jakarta, didaulat menjadi salah satu motor penggerak pemuda dalam melakukan kampanye yang bertemakan “1000 Petisi Anak Muda Dukung Kedaulatan Pangan.” Disamping GSM adapula organisasi/komunitas lainnya seperti Forum Kebudayaan Mahasiswa Indonesia Universitas Nasional, Khatulistiwa Paramadina dan Indonesian Young Green. Kampanye ini didukung juga oleh beberapa LSM besar seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Koalisi Anti Utang serta Serikat Petani Indonesia.
[caption id="attachment_136139" align="aligncenter" width="578" caption="anak muda dukung kedaulatan pangan"][/caption] Kami meyakini bahwa sesungguhnya pangan adalah hak asasi manusia. Dan oleh sebab itu, kelaparan dan malnutrisi harus dihapuskan. Kedaulatan pangan merupakan hak dari segala bangsa di dunia ini untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan rakyatnya untuk berkecukupan pangan, berbagi secara sukarela dan bergotong royong dengan bangsa-bangsa lainnya” terang isti Subandini, salah satu peserta aksi, yang tergabung dalam Green Student Movement.
Keberadaan produk pangan impor di Indonesia menjadi alasan kenapa pemuda Indonesia menjadi sangat geram. “memang benar produk pangan impor lebih murah daripada produk pangan lokal. Saya mengajak rekan-rekan yang lainnya untuk merenungkan, bagaimana nasib para petani-petani nantinya, Jika hal tersebut terus berlanjut? Hal ini sama saja membunuh petani Indonesia secara perlahan.” Ujar Isti.
Ketahanan Pangan VS Kedaulatan Pangan
FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) telah menetapkan tema “Food Prices from Crisis to Stability” untuk World Food Day 2011. Sedangkan dari pemerintah Indonesia Sendiri menetapkan hari pangan sedunia dengan tema “Menjaga Stabilitas Harga dan Akses Pangan Menuju Ketahanan Pangan Nasional.”
Ketahanan Pangan Memang selusi yang baik. Tapi kurang bijak. Jangan heran melihat impor produk pangan yang semakin mengila seperti sekarang. Hal itu memang menjawab ketahanan pangan namun tidak dapat menjawab bagaimananasib petani kita kedepannya. “konsep ketahanan pangan yang melihat "pangan" hanya dari kacamata konsumsi semata. Alangkah bijaknya kita mendengungkan kedaulatan pangan. Kenpa kedaulatan pangan? kedaulatan pangan lebih komprehensif sebab meletakkan sistem pangan mulai produksi, distribusi, hingga konsumsi, sebagai satu kesatuan masalah yang harus diselesaikan secara bersamaan.” Tutur Putuhena Yusuf, staff Koalisi Anti Utang.
“Kedaulatan pangan harus dipahami sebagai gagasan alternatif untuk menjawab problem krisis harga pangan yang tengah terjadi. Produksi pangan dalam negeri yang merosot merupakan akibat dari minimnya akses alat produksi petani-petani (kecil) lokal. Paradigma ketahanan pangan (saja) tak akan mampu menjawab problem diatas. Kedaulatan pangan dapat diartikan hak setiap orang, masyarakat dan negara untuk mengakses dan mengontrol aneka sumberdaya produktif serta menentukan dan mengendalikan sistem (produksi, distribusi, konsumsi) pangan sendiri sesuai kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya khas masing-masing. kemudian, dengan sendirinya, paradigma kedaulatan pangan ini pada akhirnya menolak proses pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam negeri base on import .” Tambah Putuhena.
Pangan tidak hanya melulu tentang perut yang lapar, tetap lebih dari itu pangan dapat menjamin kehidupan yang layak bagi si petani. oleh karena itu bijaklah memilih bahan pangan yang ada.
Sumber Foto: Dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H