Mohon tunggu...
Desy Tri Wulandari
Desy Tri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Jakarta

Seorang mahasiswa yang sedang berjuang mewujudkan mimpinya menjadi nyata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gangguan Mental Para Pelajar di Indonesia Akibat Pembelajaran Daring

14 Desember 2020   17:56 Diperbarui: 14 Desember 2020   21:02 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok: MI/DUTA)

Pandemi COVID-19 berhasil memporak-porandakan tatanan hidup masyarakat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Segala bidang kehidupan terkena dampak COVID-19. Untuk mensiasati keberlangsungana hidup masyrakat di tengah pandemi COVID-19, pemerintah Indonesia berusaha mengeluarkan berbagai peraturan yang harus dipatuhi.

Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan yaitu mengubah kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan dengan tatap muka secara langsung, kini dibatasi dengan layar laptop atau gawai yang dilakukan secara daring (online). Kebijakan ini dimuat dalam Surat Edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan dalam Masa Darurat Corona Virus Disease (COVID-19) yang ditandatangani oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim pada tanggal 24 Maret 2020 di Jakarta.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dilakukan secara (online) sudah berlangsung kurang lebih sealama 10 bulan. Hal ini tentu tidak mudah bagi pelajar di Indonesia untuk beradaptasi dengan cepat. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menimbulkan banyak sekali problematik bagi pelajar. Berbagai gangguan mental yang dirasakan para pelajar seperti: kehilangan waktu bersosialisasi dengan teman di sekolah, bosan, tidak mampu menguasai materi, waktu belajar yang menjadi tidak efektif, punggung yang sakit, mata yang sudah capek namun dipaksa untuk terus melihat layar menjadi asupan sehari-hari. Tak pelik, kasus-kasus kecil seperti itu menimbulkan kesedihan dan down bagi pelajar. 

Tidak dapat mengontrol emosi diri dengan baik merupakan hal yang sering dialami oleh pelajar selama PJJ ini, terlebih lagi mereka merasakan bagaimana dulu di sekolah aktif dan dapat melepas segala beban dari rumah, kini harus mencoba untuk melampiaskan beban di atas beban tidak akan ada habisnya. Jika pada masa sekolah offline walaupun mereka pusing dengan tugas yang menumpuk, materi yang sulit dimengerti , tetapi mereka masih memiliki waktu untuk bercanda melepaskan penat bersama teman, menertawakan hal-hal remeh. Namun, pada saat ini peristiwa itu sudah tidak lagi berlaku. Para pelajar harus mau tidak mau tetap menanggung beban tugas yang menumpuk dengan diri masing-masing.

Masalah psikologis yang paling banyak dialami oleh mahasiswa karena pembelajaran daring yaitu kecemasan. Penting untuk terus mengeksplorasi implikasi pandemi pada kesehatan mental mahasiswa, sehingga dampaknya dapat dicegah, atau setidaknya dikurangi. Diharapkan adanya pemberlakuan screening terhadap kesehatan mental mahasiswa secara berkala untuk mengidentifikasi mahasiswa yang mengalami masalah psikologis, (Uswatun Hasanah, 2020). 


Kegiatan pembelajaran jarak jauh yang. Selama ini dilakukan tidak sepenuhnya efektif, banyak faktor yang mengakibatkan pembelajaran ini tidak berjalan dengan baik hal ini diungkapkan oleh Nakayama et al (2014) bahwa dari semua literatur mengindikasikan bahwa tidak semua peserta didik akan sukses dalam pembelajaran online, hal itu disebabkan karena perbedaan hal itu disebabkan karena perbedaan faktor lingkungan belajar dan karakteristik peserta didik.

Bagaimanapun kondisi seorang pelajar motivasi lah yang menjadi faktor keberhasilannya. Seorang pelajar yang memiliki motivasi tinggi akan lebih cepat beradaptasi dengan kondisi pembelajaran bagaimanapun. Hal ini juga ditunjukan dari penelitian yang menjelaskan bahwa peserta didik yang
termotivasi lebih cenderung melakukan kegiatan yang menantang, terlibat aktif, menikmati proses kegiatan untuk belajar dan menunjukkan peningkatan hasil belajar, ketekunan dan kreativitas (Samir Abou El-Seoud et al., 2014)

Lebih lanjut lagi tentang motivasi belajar, Menurut Brophy (2010) bahwa motivasi adalah sebuah konstruksi teoretis untuk menjelaskan inisiasi, arah, intensitas, ketekunan, dan kualitas perilaku, terutama perilaku yang diarahkan pada tujuan. Motivasi memberikan dorongan untuk tindakan yang bertujuan dengan arah yang diinginkan baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas menjadi bagian yang sangat penting dalam motivasi (Lee & Martin, 2017). Motivasi dapat memengaruhi apa yang kita pelajari, bagaimana kita belajar, dan kapan kita memilih untuk belajar (Schunk & Usher, 2012). Seorang pelajar yang memiliki motivasi tinggi biasanya lebih cepat beradapsi dengan keadaan yang dihadapi, kerena bagi mereka itulah sebuah tantangan yang harus dilewati, maka motivasi diri pada saat ini sangatlah penting untuk ditanamkan.

Menurut Fitriyani (2020), motivasi belajar menjadi acuan peserta didik dalam melakukan tugas akademik. Motivasi belajar menjadi sebuah parameter yang ikut berperan besar dalam kesuksesan suatu kegiatan belajar mengajar. Masalahnya, di keadaan pandemi ini motivasi belajar peserta didik menjadi minim karena monotonnya cara belajar. Para pelajar menjadi kebingungan untuk mengerti. Jangankan materi, mencoba memahami diri sendiri tentang apa yang sedang terjadi pun mereka tidak mumpuni.

Image captIlustrasi anak yang mengalami stres | Verywell Family ion
Image captIlustrasi anak yang mengalami stres | Verywell Family ion

Lalu bersamaan dengan faktor-faktor di atas tadi, pelajar dan mahasiswa dipaksa untuk turut memahami apa yang sedang terjadi dalam keluarga sehingga beban mereka menambah. Belum lagi dengan yang memiliki kewajiban untuk mengajarkan satu sama lain. Materi sendiri saja belum tentu mengerti, sudah disuruh mengajari yang lain. Ditambah pula dengan ada beberapa intansi pendidikan yang hanya mengejar target pembelajaran tanpa memperdulikan kualitas pendidikan yang diberikan. Kondisi tersebut membuat para pelajar  harus belajar di rumah dimana sebagian besar tidak terbiasa melakukan hal tersebut. Untuk jangka waktu pendek hal ini tentunya tidak menjadi masalah, tetapi dalam jangka panjang akan membuat anak menjadi bosan dan tertekan, sehingga hal tersebut menyebkan anak menjadi terganggu kesehatan mentalnya, mulai dari cemas sampai kasus depresi (Purwanto, dkk., 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun