Mohon tunggu...
Desyta Rina Marta Guritno
Desyta Rina Marta Guritno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Bristol yang Dulu

22 Desember 2022   07:59 Diperbarui: 22 Desember 2022   08:05 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Clifton Suspension Bridge (Pixabay/David Mark)

Kota ini, masih sama dinginnya seperti saat pertama kali aku kunjungi enam tahun yang lalu. Mungkin tidak sebesar dan semewah kota di Inggris lainnya, tapi Bristol punya keistimewaan tersendiri untukku yang tak terlalu suka suasana ramai. Setelah enam tahun aku tinggalkan Inggris untuk kembali ke kampung halamanku di Swedia, tak seharipun aku tidak rindu dengan suasana Bristol kala musim dingin.

Pagi ini, begitu aku sampai di kota tempatku menempuh pendidikan tinggi ini aku langsung menuju ke salah satu lokasi favoritku saat masih kuliah dulu, Clifton Suspension Brigde and Observatory. Perjalanan menggunakan mobil aku tempuh dengan waktu hampir tiga jam dari London City Airport ke Bristol. Begitu aku memasuki daerah Clifton, ya, rasanya masih sama seperti dulu. Aku kembali merasa seperti mahasiswi yang baru saja menyelesaikan ujian semester dan liburan kesini.

Bedanya, enam tahun berselang, aku membawa versi kecil dari diriku. Eloise, putri kecilku yang baru berusia satu bulan ini langsung aku ajak kesini, ke tempat favorit ibunya. Dia tertidur pulas sejak perjalanan dari London tadi. Sementara Theo, suamiku yang juga orang Swedia masih menyetir mobil sambil mendendangkan lagu MLTR kesukaannya.

Rencananya kami ingin menghabiskan liburan musim dingin disini, aku sudah menghubungi temanku yang memiliki rumah yang disewakan di Clifton. Kami akan tinggal disana hingga musim dingin usai. Sayang, temanku itu kini sudah pindah ke Birmingham untuk bekerja. Padahal tujuanku kesini salah satunya adalah ingin mengunjunginya.

Sebelum ke rumah yang kami sewa, aku mengajak Theo untuk mampir ke restoran Asia favoritku dulu. Restoran itu menjual berbagai menu otentik Asia seperti masakan Jepang, Korea, India, Indonesia, dan lain-lain. Aku suka sekali kesana karena citarasanya cocok di lidahku, selain itu mereka juga sering mengadakan promo untuk mahasiswa. Aku yang dulu masih terbatas secara finansial tentu bahagia dengan adanya resto itu.

Namun sayang, saat aku datang pelayan resto itu mengatakan bahwa menu Asia disana sudah tidak ada. Katanya konflik keluarga membuat resto itu kini menjual makanan-makanan Eropa saja. Aku dan Theo pun memutuskan untuk tetap makan, karena kami sudah lapar, Eloise pun agaknya sudah pegal karena lama digendong.

Belum menyerah aku untuk kembali bernapak tilas di Clifton, seperti tujuan awal tadi kami akan ke  Clifton Suspension Brigde and Observatory. Aku ingin sekali melihat salah satu ikon Bristol itu, kalau London punya Tower Bridge, Bristol punya Clifton Suspension Brigde. Lagi-lagi aku dikecawakan dengan ekspektasiku sendiri, entah kenapa aku merasa berbeda, bukan suasana seperti ini yang aku harapkan.

Apa penyebabnya? Aku pun tak tahu, apa mungkin karena tata ruang yang berbeda dengan enam tahun lalu atau karena tak ada penjual es krim yang biasa mangkal didekat sini. Aku pikir, aku bisa merasakan lagi suasana Bristol yang dulu, tapi aku salah. Enam tahun adalah waktu yang tidak sedikit. Keadaanku sudah berubah, begitupula Bristol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun