Mohon tunggu...
Desy Sulisetiawati
Desy Sulisetiawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Desy

Halooo, selamat datanggg!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyikapi Perubahan dalam Dunia Pendidikan

23 Maret 2022   08:20 Diperbarui: 23 Maret 2022   08:24 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berkembangnya zaman yang sangat pesat, kebutuhan manusia pun akan mengalami peningkatan, salah satunya dalam dunia pendidikan. Seorang pendidik harus mampu menonjolkan kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri peserta didik dengan diterapkannya sebuah inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan ini diperlukan untuk menyetarakan pendidikan dengan realita kehidupan yang semakin maju, tak terkecuali pada jenjang PAUD dan SD, baik nasional maupun internasional. Terdapat beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah diterapkan di Indonesia, seperti pendidikan berbasis kompetensi, pembelajaran terbalik, e-learning, buku teks digital, dan pop up book. Namun dalam penerapan inovasi pendidikan, seringkali masih ditemui beberapa permasalahan atau hambatan. Seperti pada situasi saat ini yang notabene menggunakan inovasi pembelajaran jarak jauh sehingga diperlukan akses internet/gadget dalam keberlangsungannya, sedangkan hal tersebut belum merata keberadaannya.

Inovasi pembelajaran yang sedang banyak dijalankan oleh banyak sekolah termasuk jenjang PAUD dan SD yaitu e-learning atau pembelajaran berbasis elektronik di mana pembelajaran dilakukan secara daring. Walaupun saat ini beberapa sekolah telah menerapkan pembelajaran tatap muka kembali, namun pembelajaran daring ini masih sering digunakan dengan tujuan untuk meminimalisir adanya penyebaran virus yang berkelanjutan. Alih-alih menjadi solusi untuk masa pandemi Covid-19, pembelajaran daring ini justru menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia. Pasalnya masih banyak daerah di Indonesia yang jauh dari akses internet dan keterbatasan gawai yang dimiliki. Akibatnya, tidak sedikit kualitas hasil belajar yang menurun dari para peserta didik.

Kondisi ini diperkuat dengan adanya berbagai keluhan baik itu dari peserta didik, tenaga pendidik hingga para orangtua. Dikutip dalam artikel "Pusdatin Kemendikbud" terdapat salah satu contoh kasus yang menguak bahwa e-learning ini menjadi kendala yang tidak bisa dianggap sepele. Bu Samini seorang guru SD di Jakarta yang menerapkan pembelajaran e-learning semenjak adanya pandemi. Permasalahan muncul ketika banyak dari peserta didiknya yang terbatas akan gadget dan akses kuota internet, sedangkan untuk materi pembelajaran semuanya full diakses melalui gadget. Akibat dari permasalahan ini, banyak peserta didik yang kurang semangat dalam belajar dan orangtua pun mengeluh dengan permasalahan ini. Untuk meminimalisir ketertinggalan pelajaran tak jarang bu Samini pun melakukan home visit kepada setiap rumah peserta didiknya yang tidak memiliki gadget. Meskipun bu Samini melakukan home visit sebagai cara untuk membantu para peserta didiknya yang tidak memiliki gadget, tetap saja cara ini tidak serta merta mengatasi permasalahan yang ada. Nyatanya akibat dari penerapan e-learning ini sebagian peserta didik justru enggan belajar hingga memutuskan berhenti sekolah. Dari kasus yang muncul tersebut, sepatutnya pemerintah dalam menurunkan kebijakan sangat diharuskan untuk memperhatikan lingkungan secara merata. Perlu diperhatikan kesiapan dan juga kesanggupan seluruh masyarakat. Jika seperti itu adanya yang terjadi pada kasus yang telah dipaparkan sebelumnya maka, saat pemerintah melakukan kebijakan, perlu juga dalam memfasilitasi berbagai hal yang diperlukan oleh masyarakat yang dikategorikan belum siap. Seperti pengadaan akses internet, pemberian perangkat media untuk belajar contohnya gadget dan kuota. Hal itu dilakukan agar seluruh masyarakat dapat menjalankan kebijakan dengan sangat baik. 

Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa inovasi pendidikan ini diperlukan untuk menyetarakan pendidikan dengan realita kehidupan yang semakin maju. Inovasi yang telah diterapkan di Indonesia diantaranya seperti pendidikan berbasis kompetensi, pembelajaran terbalik, e-learning, buku teks digital dan pop up book. Dengan adanya pandemi covid ini pembelajaran menggunakan e-learning yang merupakan belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Namun inovasi pembelajaran menggunakan e-learning ini masih ada kekurangannya diantaranya kualitas peserta didik menurun dan nya keluhan orangtua dengan pembelajaran berbasis e-learning ini. Dalam hal ini untuk melengkapi pendalaman dan/atau perluasan pemahaman materi yang dipelajari oleh peserta didik, pembelajaran dengan metode tatap muka secara langsung atau klasikal tetap memegang peranan penting dan bisa menjadi solusi. Adanya interaksi langsung antara pengajar dan pelajar dapat terjadi secara optimal sehingga penguatan pemahaman terhadap setiap materi pembelajaran dapat terjadi dengan lebih efektif. Penggabungan antara pembelajaran dengan metode tatap muka secara langsung atau klasikal dan metode e-learning atau biasa kita kenal dengan istilah blended learning atau hybrid learning dapat menjadi solusi efektif dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun