Imperialisme Budaya Lewat Sebuah Film
Oleh Desy Selviany
Bukan hal aneh lagi jika film Amerika lebih mendominasi di dunia ini. Di indonesia saja jumlah penayangan film-film di Bioskop lebih banyak judul-judul film buatan Amerika dibandingkan dengan buata negeri sendiri. Mungkin hal ini terdengar sepele dan tidaklah penting. Akan tetapi hal ini tidak dapat kita anggap sepele, mengingat sebuah film dapat menjadi sebuah doktrin bagi orang-orang yang menyaksikannya. Seperti yang kita ketahui banyak film Amerika yang menunjukan bahwa seakan-akan negara tersebut adalah negara yang hebat , bahkan sampai memutar balikan sebuah fakta sejarah yang ada. Misalnya saja pada film-film Amerika yang menceritakan perang Vietnam, dari sekian banyak film-film tersebut menjelaskan bahwa Amerika adalah negara yang hebat ketika perang tersebut berlangsung. Padahal seperti kita ketahui bahwa Vietnam dapat mengusir tentara-tentara amerika dari negeara mereka. Tidak dapat dipungkiri kita kebanyakan menelan mentah-mentah sejarah palsu yang disajikan dalam film-film amerika.
Film adalah bagian dari penyebaran budaya yang ada. Dari banyaknya film Amerika yang mendominasi dunia tidak dapat dipungkiri bahwa budaya negara tersebut dapat lebih cepat menyebar dibandingkan budaya-budaya negara lainnya. Selain itu dari banyaknya film-film Amerika yang menunjukan bahwa seakan-akan negara mereka adalah negara yang keren dan hebat, hal itu juga berpengaruh terhadap penerimaan budaya-budaya mereka. Banyak film-film keren dari negara-negara lain seakan-akan harus ciut dan kalah dari industri perfilman Amerika. Padahal film-film tersebut dapat jadi lebih bagus dari film-film dari Amerika. Amerikapun membuat ajang-ajang nominasi penghargaan film dunia, akan tetapi anehnya dari sekian banyak pemenang ajang tersebut film-film buatan Amerikalah yang sering mendapatkan juara. Kemenangan film-film Amerika dalam ajang-ajang tersebut itu pun menjadi tambahan point bagi negara tersebut untuk menyebarkan ideologi-ideologi dan budaya-budayanya.
Film-film di belahan dunia lain selain Amerika pun seakan dipaksa untuk menjadikan negara tersebut sebagai kiblat dari perfilman dunia. Dimana jika gaya perfilman sudah setara dengan gaya perfilman Amerika maka hal itu akan menjadi sangat hebat. Pada akhirnya film-film lain yang ada di belahan dunia selain Amerika seakan menjadi anak buah bagi penyebaran budaya-budaya Amerika itu sendiri. Amerikapun menjadi patokan kehebatan dari sebuah film. Sehingga film-film lainnya yang tidak termasuk dalam industri perfilman Amerika hanyalah menginduk pada perfilman Amerika.
Dalam hal ini kita banyak yang tidak sadar bahwa sebenarnya kita sedang dijajah dalam budaya lewat perfilman yang disuguhkan oleh industri film Amerika. Otak kita sudah tersugestikan bahwa budaya-budaya Amerika yang mereka tunjukan lewat film-filmnya adalah budaya yang keren dan patut untuk ditiru. Sehingga budaya Amerika akhirnya menjadi acuan bagi gaya hidup orang kebanyakan di dunia. Dalam permasalah ini kita dapat mengkajinya menggunakan teori imperialisme budaya. Seperti kita ketahui imperialisme budaya adalah bahwa media massa barat mendominasi media dunia ketiga. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa perfilman Amerika merupakan perfilm dari negara dunia pertama dan film-film lainnya yang menginduk adalah perfilman dari dunia ketiga. Sehingga perfilman dari negara dunia ketiga ini mengacu dan berkiblat pada perfilman dunia pertama yakni Amerika.
Tentu saja hal ini terlihat sangat memiriskan dimana film-film yang tidak termasuk kedalam industri perfilman Amerika terlihat tidak memilki derajat yang setara dengan film-film dari Amerika. Satu-satunya cara agar film-film lainnya yang tidak termasuk dalam industri perfilman Amerika dapat sederajat dengan industri perfilm Amerika ialah dengan mulai dari diri kita sendiri untuk menghargai film-film buatan anak bangsa. Dengan begitu industri perfilman kita tidak kalah saing dengan industri film Amerika, dan budaya kita pun sama tingginya dengan budaya Amerika.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI