Kalah Saing di Negeri Sendiri
Oleh Desy Selviany
Seperti kita ketahui akhir-akhir ini marak sekali konser-konser artis mancanegara yang digelar di indonesia. Baik itu superstar dari korea maupun dari Amerika dan Eropa. Misalnya saja bulan Oktober yang lalu baru saja Istora Senayan digemparkan dengan konser Java Soulnation. Harga tiket sendiri dibuka dari 380 ribuan. Peminat konser mancanegara di indonesia jumlahnya tidaklah bisa dianggap remeh. Walaupun harga tiket terbilang mahal untuk standar ekonomi di indonesia, akan tetapi itu tidak menyurutkan mereka yang gemar menonton konser artis mancanegara. Hal ini pun terlihat dari dijadikannya indonesia sebagai salah satu tujuan utama artis mancanegara yang sedang tour di Asia Tenggara. Setelah sebelumnya Singapura menjadi negara tujuan konser tour mereka.
Akan tetapi hal ini pun menjadi dua sisi mata uang yang berbeda. Di sisi lain indonesia dapat berbangga karena Indonesia menjadi salah satu negara yang dikunjungi artis papan atas tingkat internasional, yang pastinya hal itu akan berpengaruh terhadap kepopuleran negeri ini dikancah internasional. Dari hal tersebut Indonesiapun menjadi tujuan utama para turis-turis asing yang mengejar konser-konser artis idolanya, dan hal ini pastilah akan menambah devisa dalam negeri.
Akan tetapi di sisi lainnya hal ini juga menjadi dilema mengingat sedikitnya konser artis dalam negeri yang digelar di indonesia sendiri. Selain itu untuk perbandingan harga tiket sendiri konser artis dalam negeri jauh lebih murah dari harga tiket konser artis mancanegara. Malahan konser artis dalam negeri digelar geratis atau cuma-cuma diberbagai kota di indonesia seperti banyak kita lihat di event-event produk roko atau provider. Peminat konser tersebut bukan berarti tidak sedikit, akan tetapi dengan harga yang relatif murah bahkan terkadang gratis pihak promotor biasanya mengabaikan beberapa hal dari pelaksanaan konser tersebut. Misalnya saja dari segi art banyak konser artis-artis dalam negeri yang digelar gratis memiliki tata panggung dan lighting yang standar dan audio yang tidak begitu enak didengar karena terlalu nge-bass. Hal-hal tersebut tentulah mempengaruhi keindahan dari penampilan superstar tersebut. Selain itu yang terpenting jika dilihat dari segi kenyamanan penonton banyak sekali konser artis dalam negeri yang berakhir ricuh. Tentu saja ini tidak akan terjadi jika promotor tidak mengabaikan keamanan dari event tersebut. Pengabaian ini dapat dilihat dari Miras dan Senjata tajam bebas keluar masuk arena konser berlangsung.
Seandainya konser artis dalam negeri digelar berstandar sama dengan konser artis mancanegara tentulah hal-hal tersebut tidak akan terjadi. Akan tetepi minimnya peminat yang mau mengeluarkan uangnya demi menonton artis dalam negeri menjadi kendala utama dalam pagelaran konser artis dalam negeri. Banyak peminat konser artis mancanegara bukan hanya mengidolakan artis tersebut saja, akan tetapi hal ini sangat berkaitan erat dengan gaya hidup dan gengsi. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Tentu saja hal ini dapat terjadi karena media-media dalam negeri menggiring opini masyarakat seakan-akan bahwa artis-artis luar negeri terlihat lebih keren dibandingakan dengan artis dalam negeri.
Dalam hal ini kita dapat mengkajinya dengan menggunakan teori Imperialisme Budaya. Dalam teori Imperialisme Budaya dijelaskan bahwa media massa barat mendominasi media massa dunia ketiga. Dalam hal ini banyak sekali media massa di indonesia yang ditujukan untuk kalangan menengah atas ikut mempopulerkan budaya-budaya barat dalam produk-produk medianya. Kita ambil saja contoh dalam majalah remaja perempuan lebih dari 50% beritanya berisi tentang artis-artis mancanegara. Hal ini tentu saja dapat menciptakan perspektif baru dikalangan remaja perempuan bahwa artis mancanegara terlihat lebih keren dibandingkan dengan artis dalam negeri. Selain itu pemberitaan media tersebut pun dapat menciptakan budaya dan gaya hidup baru dikalangan remaja tersebut yakni dengan menonton konser-konser artis mancanegara yang mereka idolakan tentulah akan menambah gengsi mereka di lingkungan sosialnya.
Seandainya saja media massa di indonesia dapat terlepas dari Imperialisme Budaya barat maka produk musik artis dalam negeri pun akan sejajar dengan produk musik artis mancanegara. Hal ini karena opini masyarakat dapat digiring untuk menyukai dan mencintai produk musik dalam negeri. Yang pastinya nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas konser artis dalam negeri. Sehingga artis dalam negeri tidak kalah saing dinegeri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H