Mohon tunggu...
Desy Riyanawati
Desy Riyanawati Mohon Tunggu... Sekretaris - Human

Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan yang Tertinggal

14 Desember 2020   22:52 Diperbarui: 15 Desember 2020   00:59 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mereka berharga, namun singgah dalam waktu singkat dihidup saya. Obrolan yang tidak begitu lama, namun tersirat sangat bermakna. Entah pertemuan dengan anak-anak, sebaya atau lebih tua dari saya secara angka; mereka sehat, mereka terlihat baik-baik saja, bahkan mereka tidak mengutarakan diri untuk sebuah kata Pamit.

Saya pernah hampir gila gara-gara menjadi pemeran manusia yang seperti ini, hingga selalu menyalahkan diri sendiri atas berpulangnya seorang Insan. Bahkan, Insan Tuhan yang masih usia 5 bulan di dunia; dalam tatap matanya, tanpa rintihan tanpa tangis saya memandang. Saya menggendongnya dengan keceriaan saya, namun tidak ada yang tahu bahwa saat menggendongnya kala itu terselip kesedihan dan kegelisahan yang tidak beralasan begitu dalam; seperti ada pesan yang tidak saya paham

Saya sering dipertemukan dengan orang-orang dalam waktu yang singkat; dengan orang-orang berharga penuh petuah. Saya merasa bahwa kedatangan mereka untuk memberikan saya rasa nyaman, aman, cinta dan kasih sayang. Iya, saya sangat merasakannya. 

ada setiap kesempatan yang tidak banyak, bahkan pertemuan pertama dan terakhir pun; mereka memberikan pesan yang sangat saya butuhkan, memberikan pesan yang tidak saya minta namun bermakna.

Dan, ketika saya mulai merasa tidak ingin ditinggalkan oleh mereka, ada hal yang selalu berbicara entah darimana; 'tidak lama', tidak ada pertemuan lagi. NAMUN SAYA TEGAS MENOLAKNYA, MENOLAK APA YANG MUNCUL ENTAH DARIMANA ITU.

Meskipun pada Akhirnya, mereka memang tidak akan pernah kembali untuk bertemu dengan saya. Pesan-pesan mereka masih tertinggal, saat keinginan dan harapan mereka belum sempat saya wujudkan. Kadang saya larut dalam pikiran dan penyesalan, namun saya berusaha bangkit dengan tetap mewujudkan. Agar kelak ketika saya berpulang, saya membawa pesan yang membahagiakan untuk saya sampaikan; "saya sudah berusaha mewujudkan "

Sebelum fase penerimaan diri yang butuh waktu yang tidak sebentar, saya pernah tenggelam dalam kegelapan

Saya pernah sangat bingung; "kenapa saya selalu melihat ini, saya lelah"

Saya pernah sangat kesal; "kenapa saat mereka mulai membuat saya lebih hidup, tiba-tiba meninggalkan saya"

Saya pernah sangat marah; "Apa maksud-Mu ? Saya harus bagaimana"

Dulu hidup saya dipenuhi dengan penyesalan, karena tidak mengungkapkan betapa saya sangat beruntung dengan kehadiran mereka. Dulu hidup saya dipenuhi dengan ketakutan, karena saya tidak ingin apa yang akan terjadi benar terjadi adanya. Dulu saya hidup dengan kemarahan, karena saya tidak mampu mengatakan atau menjelaskan apa yang saya rasakan, bukan saya tidak peduli terhadap 'pesan semesta' tentang mereka; namun saya selalu dipenuhi rasa Serba Salah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun