Dahulu kala, di sebuah desa yang indah, hiduplah seorang nenek tua yang memiliki seorang cucu perempuan yang diberi nama Timun Mas. Mereka hidup bahagia dan harmonis bersama di sebuah rumah kecil yang terletak di pinggiran hutan. Di dalam hutan tersebut, terdapat seorang makhluk hijau besar yang dikenal sebagai Buto Ijo. Nenek Timun Mas telah berjanji untuk menyerahkan cucunya kepada Buto Ijo ketika ia mencapai usia remaja. Namun, saat Timun Mas tumbuh dewasa, neneknya mulai ragu untuk memenuhi janjinya.
Buto Ijo telah lama menanti janji itu dan saat akhirnya ia datang menagih janji kepada nenek Timun Mas, nenek tersebut berubah menjadi sosok yang jahat dan serakah. Dia menolak untuk melepaskan Timun Mas, takut akan kehilangan cucunya. Nenek yang dulu baik hati, sekarang digerakkan oleh ketakutan dan nafsu.
Sementara itu, Timun Mas merasa bertanggung jawab atas janji neneknya dan merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi janji itu. Dia pun memutuskan untuk menghadap Buto Ijo. Timun Mas berbicara dengan tulus dan penuh kebaikan hati kepada Buto Ijo. Dia menjelaskan betapa sulitnya bagi neneknya untuk melepaskannya, tetapi dia juga sadar akan pentingnya memenuhi janji.
Buto Ijo yang awalnya marah dan kecewa, merasa tersentuh oleh ketulusan hati Timun Mas. Dia melihat bahwa Timun Mas adalah korban situasi, dan bukanlah orang yang pantas ia hukum. Akhirnya, Buto Ijo setuju untuk tidak memaksa Timun Mas pergi, meskipun dia sangat ingin memiliki seorang teman.
Mereka akhirnya hidup bersama sebagai sahabat yang baik. Buto Ijo bahkan membantu Timun Mas dan neneknya dengan segala cara yang dia mampu. Desa mereka menjadi lebih aman dan damai karena Buto Ijo selalu melindungi mereka dari serangan binatang buas dan penjahat.
Timun Mas dengan setia membawakan makanan enak buatan neneknya kepada Buto Ijo. Meskipun awalnya neneknya berpikir bahwa Timun Mas akan hilang selamanya, dia akhirnya menyadari bahwa dia telah salah dan bersyukur bahwa cucunya masih ada di sampingnya.
Namun, takdir memiliki rencananya sendiri. Suatu hari, Buto Ijo meninggal dalam kesepian karena tidak ada makhluk sejenisnya yang dapat dia temani. Timun Mas sangat bersedih dan meratapi kepergian sahabatnya. Meskipun begitu, dia tahu bahwa Buto Ijo telah meninggalkan warisan berupa perdamaian dan kebaikan di desa mereka.
Nenek Timun Mas, setelah melihat kebaikan hati cucunya dan pengorbanan Buto Ijo, merasa malu atas perilakunya yang jahat. Dia bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan cinta dan perhatian kepada Timun Mas.
Kisah Timun Mas, neneknya, dan Buto Ijo menjadi pelajaran berharga bagi semua orang di desa. Mereka belajar tentang pentingnya menjaga janji, ketulusan hati, dan bahwa persahabatan sejati bisa mengatasi segala rintangan. Dan meskipun Buto Ijo telah tiada, jejaknya yang baik tetap hidup dalam hati mereka, dan desa mereka terus hidup dalam damai dan harmoni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H