Mohon tunggu...
Desy Marlinton
Desy Marlinton Mohon Tunggu... -

Berusaha menjadi pemikir yang serius namun ternyata tetap konyol\r\ntweet me : DMarlinton\r\nmy blog : www.desymarlinton-ceritaku.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Omongan Versi Saya

16 Januari 2012   05:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua orang teman sedang berbicara, si A dan si B. Si A berbicara ke si B “Ih, ga matching banget sih kerudung ama bajunya”. Yup, si A memang sedang usil terhadap penampilan orang lain. Padahal di dalam hati si C sebagai pendengar berkata kemaren juga dia pake baju ‘ga banget’, celana kedodoran dipadu blazer ngatung. Tapi, si C malas untuk mengungkapkan perasaannya tersebut pada si A. Di dalam pikirannya, hal tersebut tidak layak untuk dibicarakan, apalagi di depan orang lain seperti yang si A lakukan terhadap si B.

Siangnya si Bbercerita ke si C “Tadi dengar ga dia ngomong gitu? Mulutnya bener-bener ga sekolah banget ya... sakit hati sebenernya aku tuh” mendengar curhatan itu, si C cuma bisa menyabarkan hati si A. Padahal si C sendiri pun pernah di usili seperti itu, bahkan berkali-kali. Tapi si C tidak mau ambil pusing lebih baik dia ke toilet dan bercermin kemudian bicara pada bayangan yang ada di hapannya “u’re beautiful today”.

Menjelang siang, giliran si B yang curhat pada si C, dia bilang “Kok si A gitu doang marah sih?” dan si C hanya menjawab, “lagi sensi kali, lagian ngapain juga ngomong gitu?”. Si B curhat berpanjang-panjang, namun tetap hanya satu yang ada di benak si C, si B orangnya memang sangat usil. Walaupun kadang si B tidak bermaksud menyinggung, tapi yang namanya omongan tuh memang harus dijaga. Omongan itu memiliki 4 sifat berdasar waktu:

1.Penting dan perlu segera dibicarakan, contohnya: jadwalnya si bos, laporan-laporan yang diminta bos atau unit lain, nasehat-nasehat, ilmu pengetahuan, dll.

2. Penting namun perlu ditunda untuk dibicarakan: terkadang memberi masukan pada orang lain bisa jadi hal yang perlu ditunda, tergantung pada kebutuhan dan kesiapan si pendengar terhadap masukan tersebut. Dan urgenitas terhadap pemecahan masalah tersebut.

3.Tidak penting namun layak untuk dibicarakan: lelucon, berita-berita hoax yang tidak menyangkut pribadi siapapun, dll

4.Tidak penting dan tidak perlu dibicarakan: ngegosipin orang, manas-manasin orang, kritik yang ga solutif, dll.

Nah, kejadian di atas masuk kategori kategori nomor 4. Tidak penting dan tidak perlu dibicarakan, apalagi kalau yang keluar cuma komentar bukan memberi solusi. Maka, berhentilah menjurumuskan diri anda dalam kategori 4. Selain anda membuat gerah orang lain dan di benci, Anda hanya menyia-nyiakan waktu dengan menambah dosa dan bahkan Anda akan kehilangan orang—orang di sekitar Anda tanpa Anda pernah menyadari bahwa mulut Anda telah memakan kepala Anda sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun