Mohon tunggu...
Desy Marlinton
Desy Marlinton Mohon Tunggu... -

Berusaha menjadi pemikir yang serius namun ternyata tetap konyol\r\ntweet me : DMarlinton\r\nmy blog : www.desymarlinton-ceritaku.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Tuhan, Jangan Jitak Saya!"

5 Januari 2012   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi pikiranmu lah yang membuat dunia jadi sempurna”. Sudah tiga pagi saya membaca tulisan tangan saya tersebut yang ditempel di meja kerja. Begitu masuk ruangan, taraaaaa... kertas kuning itu paling mencolok di sudut meja. Kalimat itu membuat saya wajib ceria setiap hari dan wajib berpikir positif kepada siapapun. Walau tidak dapat dibohongi, perasaan cemburu, perasaan curiga kadang selalu muncul pada tiap pasang mata.

Mengapa harus cemburu dan curiga pada orang lain? Cemburu saat orang lain lebih diperhatikan, cemburu saat seorang teman punya teman baru yang lain, cemburu saat seorang teman bawa mobil baru, bahkan cemburu karena seorang teman lebih pintar berbahasa asing ketimbang kita, dan cemburu ketika melihat teman memberikan komentar di status facebook/tweet atau tulisan kompasianer lain.

Curiga. Curiga saat teman yang baru menikah sudah hamil lagi. Curiga saat seorang teman membeli rumah padahal kerja baru beberapa bulan. Dan curiga si A ada ‘something’ sama si B lantaran setiap hari pulang kerja dengan jam yang sama. Dan pagi ini saya sudah curiga sama si Soleh, office boy di kantor karena ruang kerja saya berbau tidak sedap. Pasti ini orang ngepel lantai asal-asalan pake kain pel kotor.

Saya berpikir, seandainya tuhan langsung menghukum kita saat kita berbuat salah, ga tau deh, sudah ada berapa benjolan di kepala ini setiap harinya. Bahkan ketika mata ini baru saja melek. Dan mungkin juga doa saya sebelum tidur akan begini “Tuhan, saya mohon jangan jitak saya besok” (masih untung cuma dijitak). Tapi, untungnya tuhan tidak seperti itu, Dia memberi kita kesempatan untuk berpikir dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita, sebelum Dia menegur kita bahkan kelak menghukum kita.

Dari rasa cemburu dan curiga yang menggebu di kepala, pasti minimal ada satu hikmahnya. Lihat orang lebih diperhatikan dari pada kita, maka bersyukurlah karena orang lain menganggap kita tidak lebih rapuh yang orang yang dicemburui. Teman kita punya teman baru, ya positifnya mungkin nanti dia juga bisa jadi teman kita. Melihat teman punya mobil baru, maka bersyukurlah ikut berbahagia dan mudah-mudahan bisa nebeng mobil baru. Hehe. Kemudian lihat teman lebih jago berbahasa asing, maka saya sekarang setiap pagi buka kamus mandari saya (sepertinya kemarin kapasitas sudah saya upgrade jadi 258. Lumayan lah dari pada lumanyun). Dan kalau melihat orang lain memberi komen positif pada stat atau tweet atau tulisan orang lain, maka saya juga akan ikut-ikutan (nebeng beken).

Perasaan cemburu masih gampang diatasi. Tapi rasa curiga, walau hanya di pendam dalam kepala, dia seperti kutu rambut yang bikin gatal dan sangat mengganggu. Khususnya buat orang yang tingkat inquiry-nya tinggi sekali. Sebenarnya itu bahasa lain saya dari ingin tau dan sok tau.

Bagaimana perasaan curiga bisa tumbuh begitu subur di kepala? Bagaimana bisa-bisanya saya berpikir teman sama hamil duluan? Kalau dia bisa hamil secepat itu, artinya suaminya jago dong (hehe), dan belum tentu kalau saya menikah nanti bisa secepat itu. Dan curiga-curiga saya pada orang lain lagi? Ah, sejak ada tulisan di kertas kuning itu, saya mulai mengabaikannya. Biarkan saja. Toh tidak merugikan saya. Kecuali kalau perkara tersebut berhubungan dengan kemaslahatan umat, membela kebenaran dan menumpas kejahatan (dengan kekuatan bulan akan menghukum mu!).

Itulah cara Tuhan, memberikan saya waktu untuk berpikir kembali terhadap apa yang ada di pikiran dan terhadap apa yang saya rasakan. Dia memberi saya peluang untuk memperbaiki banyak kesalahan. Dan saya tahu, bahwa malam ini saya tidak perlu memohon “ Tuhan, saya mohon jangan jitak saya besok”. Saya cukup minta “Jika mata saya masih bisa terbuka besok, biarlah hati dan pikiran saya tetap pada tempatnya. Jangan biarkan dia terlena pada bisikan si cemburu dan si curiga. Selalu berilah kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, dan jadikan hari besok lebih baik dari ini. Amien”.

Sebenarnya sih, saya tidak yakin mampu menghilangkan sifat cemburu dan curiga yang sudah mengakar ini, biarlah dia tumbuh asal menghasilkan buah yang enak dan baik. Artinya, cemburu dan curiga itu boleh saja, asal memberikan efek positif buat kita. Dia bisa menjadi motivator, dia bisa menjadi jembatan bahkan dia mampu menuntaskan permasalahan dan dia bukanlah sesuatu yang mematikan (jangan berlebihan aja..).

We have two kinds of morality side by side:  one which we preach but do not practice and another which we practice but seldom preach.

~ Bertrand Russell ~

Cimahi, 050112

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun