Kesehatan mental sangatlah penting bagi semua individu, terutama mahasiswa yang sedang mengalami perkembangan dan perubahan besar dalam hidupnya. Stigma negatif kesehatan mental di Indonesia masih memengaruhi pandangan sebagian besar masyarakat terhadap arti mental wellness atau sehat secara jiwa dan definisi kebahagiaan yang seringkali dikaitkan dengan kondisi tersebut.
Di era sekarang ini, banyak tantangan kehidupan dan akademik yang harus dihadapi oleh para mahasiswa. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya. Akan tetapi, tuntutan tersebut juga diimbangi dengan semakin maraknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa akibat kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi yang datang dalam diri mereka sendiri maupun dari luar.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan juga meriset depresi pada tahun 2018. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 mengungkapkan prevalensi depresi di Indonesia adalah 6% dari total jumlah penduduk. Selain itu, usia depresi banyak terjadi di kalangan anak muda berusia 15 hingga 24 tahun dan sebanyak 6,2% kaum milenial muda. Menurut Karl Peltzer dan Supa Pengpid dalam "Generasi Muda Dihantui Gangguan Mental" oleh Anindhita Maharani (2019) gejala depresi pada kaum muda di Indonesia melalui riset berskala nasional yang mereka lakukan mengungkap, remaja berusia 15 hingga 19 tahun menunjukkan gejala depresi tertinggi dibandingkan kelompok usia lain.
Saat ini penanganan masalah terkait kesehatan mental masih terpinggirkan, khususnya Indonesia. Mereka enggan menceritakan tentang masalah psikologis nya ke orang orang sekitarnya. Selain itu biaya ke psikolog yang tergolong tidak murah. Selain itu, psikolog tidaklah murah. Artinya, para penderita gangguan jiwa semakin menutup mata terhadap permasalahannya. Penanganan masalah ini memerlukan partisipasi dari semua pihak terutama keluarga dan dukungan teman.
Selain itu ciri seseorang dapat diklasifikasikan sebagai orang yang memiliki kesehatan mental yang baik, yaitu :
(a) Seseorang memiliki perasaan bahagia dan kepuasan dalam menjalani kehidupan. Kepuasan menjalani kehidupan yang dimaksud yaitu dapat menikmati setiap segi kehidupan tanpa ada beban.
(b) Seseorang memiliki semangat dalammenjalani kehidupan. Dalam makna bahwa seseorang tersebut dapat memaknai hidupnya dan tidak pernah berpikir untuk mengakhiri kehidupan sebelum waktunya.
(c) Seseorang memiliki kemampuan untuk merealisasikan diri. Kemampuan realisasi diri adalah kemampuan berpartisipasi dalam hidup sesuai dengan potensi-potensi terbaik yang ada dalam dirinya melalui aktivitas-aktivitas hidup yang bermakna dan hubungan sosial yang positif.
Sangat penting bagi mahasiswa untuk mendukung kesehatan mental mereka dengan memberikan pertimbangan kepada orang-orang dengan penyakit mental dan menghindari keputusan yang mengganggu. Dalam upaya untuk memperkuat kesehatan mental mahasiswa, dukungan dan kerjasama antar mahasiswa menjadi hal penting. Dukungan sosial dari rekan sebaya dapat menjadi kunci untuk membantu mahasiswa mengatasi stres dan tekanan yang mereka hadapi. Ketika mahasiswa merasa didukung dan diterima oleh teman-teman sejawatnya, hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kesejahteraan psikologis mereka. Selain itu, kerjasama antar mahasiswa dalam mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental juga menjadi langkah yang efektif dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa.
Meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental di kalangan mahasiswa mendorong terbentuknya komunitas yang peduli terhadap kesehatan mental di lingkungan kampus. Komunitas yang berfungsi sebagai wadah berkeluh kesah dan melakukan kegiatan yang positif bagi mahasiswa. Dengan hal tersebut dapat memberikan potensi masalah kesehatan mental dapat diminimalisir. Efek dari dukungan dan kerjasama antar mahasiswa membuat mereka merasa didukung dan cenderung meningkatkan kesehatan mental yang lebih baik.
Namun, dalam praktiknya, masih terdapat beberapa hambatan dan tantangan dalam memperjuangkan pentingnya dukungan dan kerjasama antar mahasiswa dalam mempertahankan kesehatan mental yang optimal. Salah satunya adalah stigma negatif terhadap kesehatan mental.
Melihat keseluruhan pentingnya dukungan dan kerjasama antar mahasiswa dalam mempertahankan kesehatan mental yang optimal merupakan hal yang tidak bisa dianggap enteng. Dengan adanya dukungan sosial dan kerjasama antar mahasiswa, kesehatan mental mahasiswa dapat terjaga dengan baik. Melalui kesadaran dan tindakan konkret, diharapkan kesehatan mental mahasiswa dapat terjaga dengan optimal di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H