Mohon tunggu...
Desyy Fbrs
Desyy Fbrs Mohon Tunggu... Lainnya - WELCOME

halo! selamat datang di akun saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengelola Limbah Ternak Meningkatkan Perekonomian Keluarga

19 September 2021   14:59 Diperbarui: 21 September 2021   07:24 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juwandi, Ketua KTT Ngudi Rahayu sedang mencoba mesin bantuan UNDIP

Beternak sapi perah hampir menjadi usaha di setiap rumah tangga masyarakat di Kabupaten Boyolali. Sistem pemeliharaannya juga masih relatif sederhana, sehingga memunculkan masalah khususnya limbah kotorannya.  Juwandi, ketua KTT Ngudi Rahayu,  dusun Kebonmoyo Desa Karangnongko Kabupaten Boyolali bertekad menjadikan wilayahnya lebih maju dan tidak berbau kotoran ternak.  Tekad ini disambut dengan baik oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali yang bersinergi dengan UNDIP untuk memberdayakan masyarakat petani peternak.

Kegiatan pendampingan dari UNDIP dilaksanakan oleh Tim dengan kegiatan penguatan komoditas unggulan masyarakat yang diketuai oleh Dr.Ir. Eko Pangestu, M.P., dosen dari Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP.  "Limbah ternak berupa kotoran padat dan cair, yang selama ini mengakibatkan pencemaran lingkungan khususnya bau, dapat diolah menjadi pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani peternak sendiri.  Sehingga ketergantungan dengan pupuk kimia juga akan semakin berkurang" demikian penjelasan Eko Pangestu dalam acara pelatihan yang dilaksanakan di KTT Ngudi Rahayu. 

Pupuk kimia yang semakin mahal dan sulit diperoleh, secara bertahap dapat digantikan dengan pupuk organik untuk menghasilkan produk-produk pangan yang lebih sehat. Limbah kotoran untuk diubah menjadi pupuk organik dilakukan dengan proses fermentasi menggunakan starter mikroorganisme lokal yang dibuat oleh petani peternak sendiri, dengan bahan-bahan yang dapat diperoleh dari sekitar dengan harga yang sangat murah.  "Jika pupuk organik telah dibuat sendiri, tentunya petani peternak bisa leluasa melakukan pemupukan tanpa memikirkan biaya. Tanaman pangannya juga akan tumbuh subur dan berproduksi tinggi. Itu berarti ongkos2 produksinya bisa semakin rendah dan hasil penjualan panennya semakin banyak", jelas Dr. Ir. Marry Christiyanto, M.P., I.P.M, selaku anggota Tim Pelaksana.  Pupuk organik selain digunakan oleh petani peternak untuk lahannya sendiri, dapat juga dijual ke petani peternak di sekeliling wilayahnya.  "Kami berterimakasih dengan UNDIP yang telah melatih petani membuat pupuk sendiri. Terimakasih juga dengan bantuan mesin pengolah tanahnya, sehingga lebih meringankan ongkos yang harus kami keluarkan" jelas Juwandi. 

Program pendampingan oleh Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP ini adalah program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di beberapa wilayah terpilih guna menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh masyarakat petani peternak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun