Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Tren YONO yang Dilirik Gen Z

11 Januari 2025   02:15 Diperbarui: 11 Januari 2025   02:53 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.netralnews.com/

Setelah sebelumnya YOLO (You Only Live Once) menjadi tren.  Kini gen Z (kelahiran 1997-2012) melirik YONO (You Ony Need One) sebagai gaya hidup mereka.  Lalu apakah perbedaan keduanya?

Tren atau gaya hidup YOLO mulai dikenal di Korea Selatan.  Di mana tren ini adalah ungkapan tentang bagaimana memaknai hidup.  Hidup hanyalah sekali, maka gunakanlah waktu sebaiknya dan kejarlah kebahagiaan.  Bahkan sekalipun yang dilakukan tidaklah beralasan atau bukan yang utama/ prioritas.  Sehingga untuk gen Z yang tengah sibuk mencari jati diri ini, tidaklah heran kita dapati mereka "menikmati" hidup yang hanya sekali ini tanpa berpikir panjang.

Fenomena ini menjawab kenapa banyak gen Z memiliki gaya hidup konsumtif.  Sebagai contohnya, kebiasaan mereka menghabiskan waktu di cafe, membeli barang mewah atau bahkan membeli tiket konser meski dengan harga selangit.  Sesederhana cara mereka berpikir bahwa hidup hanya sekali, dan dinikmati saja.  Apalagi bagi mereka yang masih belum memiliki tanggungjawab finansial yang notabene kebutuhannya ditanggung orang tua.  Semakin tidak terkontrollah mereka dan terperangkap budaya konsumtif dan hura-hura.

Sedangkan tren YONO justru berbanding terbalik dengan YOLO.  Tren YONO fokus pada kebutuhan esensial dan menghargai kualitas di atas kuantitas.  Gen Z mulai disadarkan bahwa saat ini biaya hidup semakin tinggi, dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan.  Serta fakta kesenangan sesaat tidak bisa menjamin keberlangsungan hidup jangka panjang.  Terlebih jika tidak memiliki tabungan. Sehingga kini banyak dari mereka mulai berpikir untuk menyimpan uangnya demi kebutuhan yang lebih penting di masa depan.

Tidak dipungkiri sulitnya untuk beralih dari gaya hidup YOLO yang serba senang, kemudian beralih menjadi YONO yang penuh pertimbangan, dan meninggalkan semua kenyamanan.  Bukan tidak mungkin pula kita akan diasingkan dari pergaulan, dianggap tidak asyik, kampungan dan berbagai label lainnya.  Namun harus diingat bahwa hidup ini kita yang tentukan.  Bukan orang lain.

Berikut tips untuk memulai gaya hidup YONO, yaitu:

  • Berteman dengan circle yang sama
  • Membatasi pembelian, bukan karena ingin tetapi karena sebuah kebutuhan.
  • Selalu mengusahakan membawa bekal ketika bepergian
  • Mulailah untuk tidak fanatik pada merk tertentu jika ada opsi merk lainnya dengan kualitas yang sama.
  • Belajarlah mengatur keuangan
  • Mulailah berpikir tentang investasi

Benar tren sudah bergeser.  Tetapi harus tetap diingat juga bahwa paparan di media sosial yang menampilkan segala bentuk kemewahan berkelimpahan sangatlah menggoda.  Sehingga pada akhirnya setiap individu gen Z harus memilih.  Sebab dunia akan semakin sulit dan kompetitif.  Sehingga perlu bijak untuk menjalaninya.  Apakah terlena dengan kesenangan sesaat, ataukah memiliki keberlangsungan hidup di masa depan.

Sumber

https://tekno.kompas.com/read/2025/01/07/12350017/arti-yono-istilah-yang-lagi-tren-di-netizen-gen-z-sebagai-lawan-yolo?jxrecoid=0c89400d-abd4-4364-ae1e-0e101bd94d66~kg_internal&source=widgetML&engine=C

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun