Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Target Pejuang PTN yang Menyatukan Kami

12 Juni 2023   03:29 Diperbarui: 12 Juni 2023   07:12 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ceritanya berawal ketika aku memutuskan putriku melanjutkan Sekolah Menengah Atasnya di Negeri.  Sesederhana itu saja, tanpa ada niatan apapun.  Sadar tidak mudah karena selama ini kedua buah hatiku sejak playgroup sudah di swasta.  Pastinya ada tantangan tersendiri nantinya.  Padahal jika mau dikatakan singkatnya, cukup dengan mendaftar dan membayar uang gedung, maka putriku aman diterima.  Sebab di SMP asalnya memiliki fasilitas pendidikan dari playgroup hingga SMA.  Ditambah catatan prestasi putriku yang tentunya asset untuk sekolah nantinya.

Sebagai tambahan informasi, ada banyak yang melatarbelakangi kenapa negeri.  Bagiku untuk mengajarkan arti pluralisme, keluar dari zona nyaman, belajar berjuang dan mandiri.  Maksudnya tidak dipungkiri di swasta segala fasilitas super lengkap karena kebanyakan berasal dari ekonomi mapan.  Tetapi ada kerinduanku agar kedua buah hatiku mengenal perbedaan strata ekonomi, etnis dan agama.  Menurutku, usia SMA adalah menjelang dewasa, dan mereka harus siap mandiri memperjuangkan masa depannya di tengah berbagai tantangan dan perbedaan.

Faktanya, perjalanan panjang, dikarenakan masuk di negeri tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Di cerita tentang anakku, calon peserta didik SMA Negeri (SMAN) harus mengikuti proses PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru).  Di mana di tahun 2019 NEM (Nilai Ebtanas Murni) yang didapat dari Ujian Nasional (UN) adalah kata kunci karena bersaing tinggi.  Selain aturan zona atau lokasi sekolah yang dekat dengan tempat tinggal.  Singkat cerita rumitnya persyaratan mengharuskan aku sigap mempelajari langkah-langkah merebut bangku negeri.  Termasuk persyaratan Kartu Keluarga (KK) yang ketat, dan pengetahuan ngelotok tentang sekolah negeri pilihan.  Artinya ketika gugur di pilihan ketiga, sudahlah siap dengan opsi sekolah lainnya sebab kita berpacu waktu. 

Puji Tuhan putriku diterima di SMAN, dan inilah yang mengawali terbentuknya Target.  Sebuah komunitas orang tua yang menginginkan buah hatinya lanjut ke SMA Negeri untuk akhirnya nanti bisa lanjut di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).  Mereka adalah orang tua teman-teman angkatan putraku.  Kebetulan mereka mendengar bahwa si bungsu pun akan melanjutkan ke SMAN seperti kakaknya.

Bersama seorang teman orang tua angkatan putriku, kami wujudkan permintaan teman-teman lainnya untuk membuat group WA segera setelah anak-anak di kelas IX.  Tujuannya mempersiapkan mereka merebut NEM tinggi sedini mungkin agar mudah diterima di SMAN.  Meski di dalam perjalanan nyatanya badai menghantam.

Pertama, Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tetiba menghapus NEM dipenghujung tahun ajaran.  Saat sebagian besar anak yang mengejar bangku negeri telah bersiap sejak di kelas VII.  Tetapi teganya Nadiem meniadakan Ujian Nasional (UN).  Kedua, badai menghantam angkatan ini saat PPDB DKI memberlaku umur sebagai syarat penerimaan ketimbang melihat nilai akademik.  Lucu tapi nyata dan sangat membuat kami kecewa.

Kekecewan agak terobati karena keberadaan Target.  Komunitas yang diawali dari WAG dan semula beranggota 7 orang.  Di sini kami berjuang bersama di tahun 2020 menghadapi PPDBK DKI dengan perubahan nyelenehnya.  Jujurnya tragis ketika nilai tinggi dimentahkan hanya karena umur mereka yang muda?

Puji Tuhan seperti kakaknya, putraku pun diterima di SMAN.  Meski beberapa kali terpental karena umurnya kemudaan.  Sehingga ketika diterimanya pun melalui jalur prestasi.  Tetapi beberapa anak di Target berujung banting stir memilih SMK, dan ada juga yang akhirnya kembali ke swasta karena sudah terpental dari berbagai SMA Negeri.  Singkat cerita kami menelan fakta ini dengan saling menguatkan.

Sebagai catatan pentingnya di dalam perjalanan jatuh bangun menghadapi PPDB DKI ketika itu kami saling dukung.  Tidak serta merta karena anak sudah diterima lalu tutup mata terhadap yang lain.  Melainkan kami terus saling memantau dan melihat kemungkinan di sekolah lain sambil berdiskusi.

Keberadaan WAG Target begitu menguatkan, sebab kami memiliki visi dan misi yang sama.  Di saat mungkin ada orang bertanya kenapa harus ke negeri.  Meski sebenarnya dengan mudah kami bisa saja lanjut ke swasta.  Namun berada bersama Target kami optimis untuk melewati bersama dan mendampingi masa SMA anak-anak kami.  Sekalipun tidak semuanya berakhir di negeri.  Satu yang menyatukan adalah kepedulian kami akan pendidikan anak, dan tekad berjuang merebut Perguruan Tinggi Negeri (PTN) nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun