Melakukan petualangan liburan dengan berkendara alias membawa mobil sendiri adalah cara keluarga kecilku membangun kedekatan di antara kami. Â Selain juga kerinduan kami orang tua agar kedua buah hati mengenal lebih dekat Indonesia, lebih beragam kehidupan dan menjadi pribadi yang kuat.
Teringat serunya karena petualang ini sudah dimulai sejak si bungsu masih di playgroup dan kakak di TK. Â Singkat cerita terus berlanjut hingga mereka usia Sekolah Menengah Atas. Â Tidak mudah tentunya bagi bocah cilik menikmati perjalanan jauh. Â Namun, nyatanya bisa! Â Serta banyak hal baik yang dipetik.
Ceritanya, ketika keduanya masih usia belia, pemilihan hotel atau tempat bermalam selalu menjadi prioritas terutama bagiku. Â Sangat penting bagiku memastikan hotel tersebut memiliki kamar yang nyaman, kamar mandi bersih dan tentunya fasilitas yang mantap. Â Termasuk di sini, apakah breakfast sudah termasuk, dan menunya kurang lebihnya apa. Â Tujuannya tentu keamanan dan kenyamanan setelah perjalanan jauh yang ditempuh. Â Mengenai harga, asalkan tidak sundul langit, maka masih bisa ditoleran bagiku.
Namun seiring bertambah besarnya anak-anak, maka kriteria ini semakin longgar.  Hingga kata  promo akhirnya menggoyahkan imanku.  Ehhhmm...siapa sih yang tidak tergoda mendapatkan harga miring.  Apalagi jika hanya untuk transit menginap semalam saja.  Bagiku ketika itu, "Apa sih susahnya setelah perjalanan jauh, mampir sebentar makan malam dulu.  Kemudian kita masuk hotel, mandi dan tinggal tidur.  Bangun besok paginya, sarapan dan melanjutkan perjalanan.  Ehhmmm.... gampang khan?"  Lagi pula anak-anak sudah besar sekarang.
Menggunakan aplikasi, maka mantaplah aku memilih salah satu hotel di Kota Cirebon sebagai tempat kami transit semalam sebelum kembali ke Jakarta. Â Kebetulan ketika itu sedang musim liburan, dan hari melewati tengah malam. Â Seingatku, sudah sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.
"Ma, yakin kita menginap di sini?" Â Bergantian kedua buah hatiku menanyakan. Â Di dalam hatiku juga bertanya, "Yakin nggak yah aku. Â Aku juga paham bahwa kedua anakku bukan anak yang rewel soal menginap selama ini. Â Tetapi ini sudah lewat tengah malam, dan pastinya sangat melelahkan untuk suamiku jika harus berkeliling mencari penginapan."
"Adek dan kakak bantu mama turunkan koper kita yah. Â Cukup koper saja, karena besok pagi kita sudah lanjut lagi. Â Nggak apa-apa, di sini saja kita yah dek dan kakak. Â Hanya numpang tidur kok." Â Kata suamiku menenangkan anak-anak. Â Tidak ada komentar dari keduanya karena mengerti papanya tentu lelah.
Mengenai kamar, luasnya terbilang besar dengan ekstra double bed, kamar mandi juga luas, serta televisi dan fasilitas standar kamar hotel pada umumnya. Â Namun, yang terjadi malam itu jadi horor. Â Malam panjang mengerikan bagi kami bertiga. Â Berbeda dengan suamiku yang langsung terlelap karena lelah membawa kendaraan sejak dari Bali. Â Sedangkan aku dan anak-anak terjaga hingga esok pagi. Â Kami habiskan malam dengan berbisik sambil mengomentari apa yang kami lihat.
Bagaimana tidak, kami merasa di kamar mandi sangat tidaklah nyaman. Â Seperti ada yang mengawasi kami di pojok. Â Kemudian, aku sendiri sempat melihat sosok merah bersisik, jongkok di atas lemari dengan mata tajamnya menatapi kami. Â Sementara putriku "terus" melihat sosok mengerikan lainnya yang mengawasi kami. Â Sedangkan si bungsu gelisah semalaman. Â Artinya kami bertiga terjaga hingga matahari terbit!
Aku ingat, begitu matahari terlihat dari balik horden, kami pun bertiga langsung berberes. Â Sehingga ketika suamiku bangun, tidak pakai lama kami langsung membawa koper ke mobil. Â Bahkan aku memutuskan tidak menikmati sarapan yang menjadi fasilitas hotel. Â "Kita langsung jalan saja yah. Â Nanti aku jelaskan." Â Begitu kataku bergegas kepada suami yang tidak menanyakan lebih lanjut karena menangkap tekanan suaraku. Â Serta wajah anak-anak yang sangat tidak nyaman.
"Akhirnya ..... akhirnya...bisa keluar juga kita dari hotel. Â Mama sih sudah dibilangin jangan, tapi ngotot juga nginap disitu." Â Bla...bla...cerita mengalir dari adek dan kakak kepada papanya. Â Sementara suamiku mendengarkan dan menjelaskan bahwa pilihan itu terpaksa dibuat mama karena kondisi yang sedang liburan dan waktu yang mepet.
Itulah pelajaran berharga dan sangat mahal bagi keluarga kecil kami yang memang menyukai travelling. Â Sejak kejadian itu, aku tidak mudah tergiur oleh kata promo. Â Selain tentunya kini aku melibatkan anak-anak untuk ikut googling karena mereka sudah besar. Â Tetapi, berikut panduanku kini ketika memilih hotel, yaitu:
- Tidak tergiur promo
- Sesuaikan dengan budget
- Sesuaikan dengan gaya liburan
- Perhatikan fasilitas yang ditawarkan
- Perhatikan review
- Mencari refrensi/ informasi tentang hotel tersebut melalui googling
- Jika dirasakan perlu, tidak salah memastikan/ memeriksa terlebih dahulu kondisi kamar
- Memilih lokasi yang strategis
- Menanyakan atau meminta rekomendasi dari teman ataupun kerabat
- Melakukan pemesanan hotel sejak jauh hari jika memang berencana berlibur
Nah, begitulah perjalanan dan pelajaran berharga keluarga kecilku. Â Namun yang pasti pengalaman horor tersebut tidak menyurutkan kecintaan kami sekeluarga untuk terus berpetualang. Â Seperti kata pepatah, "Pengalaman adalah guru yang terbaik."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H