Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kenapa Anak Penting Memiliki Cita-Cita?

6 September 2022   23:51 Diperbarui: 6 September 2022   23:54 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nakita.grid.id/

"Aku ingin menjadi dokter!"  Lantang si kecil menjawab ketika ditanya apa cita-citanya nanti, padahal usianya belum 5 tahun.  Kitapun bahkan kerap menemukan jawaban, pilot, guru, atlet, artis/ aktor, seniman, bahkan pengusaha.  Bisa jadi karena profesi ini melekat dalam keseharian mereka.  Tetapi begitupun, rupanya tidak semua anak memiliki cita-cita.  Buktinya, banyak anak bingung saat memilih bangku kuliah.  "Duhh.... enaknya gua jadi apa yah?  Ehhhmmm...yang gampang dan cepat, tapi banyak cuannya profesi apa yah?"   Lalu yang terkonyol ketika anak membiarkan orang tua menentukan dirinya jadi apa.  Duhhh...mending dubrak sajalah!

Cita-cita adalah sesuatu yang tidak nyata, tetapi merupakan keinginan yang selalu ada di benak seorang anak.  Sekaligus harapan hidup yang berkaitan dengan profesi di masa depan seseorang.

Mungkin tidak disadari, tetapi umumnya di usia 4 tahun anak sudah memiliki cita-cita.  Jujur, menurutku cita-cita penting!  Kenapa?  Sebab, cita-cita menyangkut pengharapan, visi dan tujuan.  Inilah yang akan membuat anak tahu apa dan kenapa dirinya melakukan sesuatu di kehidupannya.  Tidak sekedar membiarkan hari lepas hari berlalu tanpa arti.  Anak adalah kertas kosong yang harus diisi dengan tujuan sehingga dirinya tahu melangkah.  Mirisnya, ini "terlupa" dengan banyak pembenaran.

Berikut hal yang mempengaruhi cita-cita anak, yaitu:

  • Latar belakang pendidikan orang tua sangat mempengaruhi nilai seorang anak.  Umumnya, jika orang tuanya dokter, maka anaknya akan mengikuti profesi orang tuanya.  Walaupun tidak selalu demikian, karena anak juga memiliki kehendak bebas yang sedikit banyak dipengaruhi oleh pergaulan dan kehidupannya selama ini.
  • Pola asuh, yaitu menyangkut peran penting orang tua untuk memberikan pengertian sederhana tentang peran-peran yang ada di lingkungan mereka.  Sebagai contohnya, saat bertemu orang lain, maka kenalkan profesi orang tersebut, ataupun ketika melakukan perjalanan bertemu ragam orang maka sebaiknya melakukan diskusi dengan menjelaskan peran/ profesi ataupun kehidupan yang ditemui dengan bahasa sederhana.  Tetapi membuka wawasan anak bahwa dunia ini berwarna.
  • Orang tua sebagai panutan, yaitu ketika anak melihat profesi bapak dan ibu.  Kemudian termotivasi ingin seperti orang tuanya yang terlihat rapi dan keren dalam balutan pakaian kantor, ataupun profesi.

Miris ketika mendengar pendapat, "Ah...untuk apa punya cita-cita, karena belum tentu tercapai!"  Pendapat ini salah besar, karena cita-cita juga mengajarkan proses!  Proses ketika seorang anak memiliki tujuan dan jatuh bangun untuk mencapainya.  Pada saat bersamaan si anak belajar banyak hal yang ditemui dalam hidupnya, dan inilah yang dinamakan pilihan.  Pilihan yang menjadikannya pribadi berwawasan dan tangguh.

Berikut manfaat anak memiliki cita-cita, yaitu:

  • Motivasi belajar, karena tanpa belajar yang giat maka mustahil mencapai impian.  Ingat, hidup juga sebuah persaingan.
  • Melatih mental, karena anak diajarkan untuk kuat sekalipun menemui hambatan hingga jatuh bangun.
  • Membantu meraih impian, cita-cita adalah dasar yang memicu anak untuk meraih mimpinya.
  • Menghargai proses, ketika anak diajarkan siap menghadapi pertempuran dan sekaligus siap untuk gagal.  Belajar dari kegagalan mencari yang terbaik dan tepat untuk dirinya.
  • Memperluas wawasan seiring tumbuh kembangnya

Hidup adalah perjalanan panjang dan perjuangan untuk berhenti di sebuah tujuan yang kita namakan mimpi atau cita-cita.  Pertanyaannya, akankah seorang anak memahami tujuan jika orang tua lalai menanamkan mimpi kepada si anak.  Sementara waktu berlalu, dan anak bertumbuh tetapi kehilangan arah tujuan.

Sumber

http://repositori.kemdikbud.go.id/587/1/31%20MEMAHAMI%20CITA-CITA%20ANAK.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun