Jingga meredup seiring malam menyapa rembulan
Tersimpan cerita tentang hari yang terlewati
Bahagia dan airmata yang tak nyata berbeda
Kesendirian dalam rindu yang merajam kini
Melayangku pada tawa yang hanya kenangan
Kupeluk masa kanakku dibalut bahagia
Cinta tak berujung ayah dan ibu
Terekam abadi, jati diriku
Penuh rindu kubisikan ayah...ibu...
Dia...
Lelaki yang dulu berkeringat untukku kenyang
Lelaki yang memanjaku tanpa kata
Mengantarku mengenal dunia
Lelaki yang menjadi cinta pertama
Dia...
Perempuan yang dulu bertaruh nyawa untukku hadir
Menyebut namaku di setiap doanya
Sembunyikan airmatanya untukku bahagia
Mengantarku menjadi ibu
Di sederhana tutur katanya
Jerit hatiku, andai bisa ku kembali
Aku ingin bermanja
Dipangku penuh cinta seperti dulu
Sekali saja
Aku berhutang waktu
Berhutang maaf untuk dosa
Berhutang airmata untuk amarah dan keangkuhanku
Izinkanku kembali, sekali saja
Aku ingin memutar waktu
Mengukir tawa bahagia mereka
Meski aku tak pernah cukup menebus cinta
Walau untuk sekali saja
Jakarta, 3 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H