Zaman berubah, tetapi perjuangan tetaplah sama. Â Setidaknya ini yang aku pelajari dari perjuangan putriku yang kini sedang mengikuti US alias Ujian Sekolah yang dulu dikenal sebagai Ujian Negara.Â
Hingga ngejelimet mumet aku mencoba mengikuti berbagai istilah yang berseliweran saat ini. Â Dimulai dari SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau jalur undangan berdasarkan nilai raport 5 semester, SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau dikenal juga sebagai UTBK (Ujian Tertulis Berbasis Komputer), hingga PPKB (Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar) atau dikenal juga sebagai undangan jalur mandiri.
Kebayang dong ketar-ketirnya aku sebagai orang tua. Â Khawatir salah mengerti, salah memberikan bimbingan. Â Maklumlah, ini tahun pertamaku mengantarkan si sulung menuju PTN (Perguruan Tinggi Negeri) pilihannya.
Terus terang bangku PTN bukan mimpi semalam putriku. Â Tetapi sejak di usia dini mimpi ini sudah ada. Â Sehingga meski total 13 tahun mengenyam pendidikan playgroup hingga SMP di sekolah swasta yang sama. Â Tetapi tanpa ragu diputuskannya melanjutkan SMA di negeri.
Pertimbangannya simpel, karena di negeri mempunyai peluang lebih besar menuju PTN. Â Dikarenakan sudah menjadi rahasia umum PTN favorit selalu menarik 40 persen siswa terundang SMAN dengan akreditasi A untuk mendapatkan bangku SNMPTN alias jalur undangan.
Awalnya sebagai orang tua aku ambisius mendorong putriku agar tembus undangan. Â Namun herannya tidak demikian dengan putriku yang sejak awal justru fokusnya berjuang di UTBK. Â Nggak habis pikir, kenapa begitu sih?
Singkat cerita dengan beribu kali penjelasan putriku membuatku mengerti. Â Heheh...setuju juga aku, karena rupanya di SNMPTN kita ibaratnya bersaing dengan teman sendiri. Â Semisalnya dalam satu angkatan terdapat 2 siswa memilih jurusan atau PTN yang sama.Â
Maka disarankan salah satunya mengalah, ganti jurusan atau PTN. Â Kenapa demikian, karena jika keduanya ngotot, maka salah satu diantaranya akan gugur, atau bisa jadi juga keduanya.
Belum lagi faktor alumni ikut memuluskan jalan. Â Maksudnya, jika di PTN "A" memiliki alumni banyak dari SMAN tertentu maka ini akan mempermudah atau lebih memuluskan jalan untuk diterima. Â Demikian juga sebaliknya, jika tidak ada/ sedikit alumninya, maka harapan diterima sangatlah tipis. Â Singkat cerita, aku menyerah dengan keputusannya tarung di UTBK.
Kebetulan sejak dulu aku menempatkan diriku sebagai orang tua sekaligus teman. Â Meski demikian tidak mudah bagiku menerima ketika si sulung kembali sedari awal mengatakan tidak akan memilih almamater jaket kuning. Â "Ma, aku mengejar cita-citaku dan bukan jaketnya." Â Begitu katanya santai penuh percaya diri.