Memandang gedung menjulang tinggi
Berhias mereka kaum berdasi
Merebak harum parfum wangi
Mereka kini pemilik mimpi
Pemilik pundi harta duniawi
Berdiri beton acuh
Saat rumah petak merintih pedih
Tentang bocah telanjang kaki
Gunjingan tanya periuk nasi
Haruskah puasa bertambah sehari
Letih tulang didera hari
Terbakar kulit lelaki kami disengat matahari
Menusuk tajam aroma badan bercampur polusi
Sesak nafas dihimpit ekonomi
Abaikan keringat bercucur tak ada arti
Tak lagi tanah milik kami
Tak lagi ramah matahari menyapa kini
Tak lagi aroma bunga segarkan hari
Tak lagi cengkrama burung bernyanyi
Aaah.... tak lagi kami patut bermimpi
Terhimpit kini, diantara beton dan lapar melilit
Jakarta, 29 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H