Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pencuri Mimpi

29 September 2021   00:57 Diperbarui: 29 September 2021   02:28 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.liputan6.com

Memandang gedung menjulang tinggi
Berhias mereka kaum berdasi
Merebak harum parfum wangi
Mereka kini pemilik mimpi
Pemilik pundi harta duniawi

Berdiri beton acuh
Saat rumah petak merintih pedih
Tentang bocah telanjang kaki
Gunjingan tanya periuk nasi
Haruskah puasa bertambah sehari

Letih tulang didera hari
Terbakar kulit lelaki kami disengat matahari
Menusuk tajam aroma badan bercampur polusi
Sesak nafas dihimpit ekonomi
Abaikan keringat bercucur tak ada arti

Tak lagi tanah milik kami
Tak lagi ramah matahari menyapa kini
Tak lagi aroma bunga segarkan hari
Tak lagi cengkrama burung bernyanyi
Aaah.... tak lagi kami patut bermimpi

Terhimpit kini, diantara beton dan lapar melilit

Jakarta, 29 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun