Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Mendidik Anak Bertanggungjawab pada Pekerjaan Rumah Tangga

14 Juni 2021   02:45 Diperbarui: 14 Juni 2021   05:53 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://topgambarrumah.blogspot.com/

Pekerjaan rumah tangga tidak semudah yang dipikirkan orang.  Tidak seperti pekerjaan kantor yang jelas jam kerjanya, maka urusan pekerjaan rumah tangga tidak ada batas akhirnya.  Kecuali ketika kita tidur, atau pura-pura cuek mungkin.

Banyak orang berpendapat, "Apa sih susahnya mencuci gelas dan piring?"  Tetapi ternyata ada aturan dan ritualnya ketika kita mencuci perlengkapan makan ini.

Mengingatkanku ketika dibesarkan oleh Ompung.  Menurut Ompung, semua gelas harus duluan dicuci.  Alasannya, untuk menghindari minyak yang melekat pada piring, sisa lauk makanan.  Jika memungkinkan gunakan lemon saat mencuci perlengkapan makan.  Selain harum, juga membuat perlengkapan makan menjadi kasat tak berminyak.

Masih menurut didikan Ompung, pantang baginya menumpuk piring kotor di dapur.  Maksudnya, ketika kita pergi atau sebelum beristirahat malam maka pastikan tidak ada gelas dan piring kotor di dapur.  Kenapa demikian, selain supaya rapi, juga agar tidak mengundang semut.

Kini ketika aku sudah menjadi ibu dari 2 orang anak, maka didikan itu aku wariskan.  Kepada kedua anakku sedari mereka usia SD sudah aku ajarkan tanggungjawab.  Tetapi, mungkin berbeda dengan kebanyakan orang.  Aku tidak membedakan antara pekerjaan untuk anak perempuan dan anak laki.

Menurutku, pekerjaan rumah tangga tidak mengenal gender, tetapi mengenal tanggungjawab.  Artinya, seluruh warga rumah harus mengambil peran untuk memastikan rumah terjaga rapi dan bersih.  Termasuk pasanganku yang juga kebagian tugas belanja bulanan jika sedang pulang dari site.   Heheheh...

Berawal di usia SD kedua anakku sudah bertanggungjawab menyapu rumah dan halaman setiap sore untuk si bungsu putraku.  Sedangkan untuk putriku si sulung bertugas menyapu halaman belakang.  Tugas ini harus mereka lakukan setiap sore, sekalipun kami memiliki Asisten Rumah Tangga (ART) yang pergi pulang.  Nah, tambahan untuk putriku ketika si mbak mudik, maka urusan mencuci dan menyetrika menjadi tanggungjawab putriku ini.

Kenapa penting bagiku mengajarkan tanggungjawab ini, karena aku ingin mereka mandiri!

Pemandangan menyedihkan ketika aku melihat seorang anak usia SD kelas 2 tetapi tidak bisa mengancingkan bajunya, dan tidak bisa mengikat tali sepatunya?

Aku berpikir, bagaimana anak ini nantinya hidup bermasyarakat.  Jika untuk memakai baju saja di rumahnya dikerjakan oleh orang lain?  Akan sangat sulit nantinya anak ini berjuang sebab semua sudah tersedia.

Inilah yang membuatku bertekad mengajarkan kemandirian kepada kedua anakku, lewat pembagian tugas urusan pekerjaan rumah tangga.  Dimulai dari membersihkan kamar setiap bangun pagi awalnya, lalu lanjut aku mengajari cara menyapu ketika itu.

Ehhhmmm.... bagaimana dengan urusan dapur, dan aku emaknya ini ngapain dong?

Heheh...urusan dapur alias memasak adalah tanggungjawabku.  Tetapi uniknya untuk mempersiapkan bumbu, mengiris bawang atau mungkin membuat sambel goreng misalnya, maka ini bagian anak-anakku.  Mereka aku bebaskan memilih mau mengupas, mengiris bawang, atau mau memetik sayuran?  Tidak jarang entah putriku atau putraku, mereka pun ikut membantu goreng menggoreng.

Kebiasaan terjun di dapur ini bermula dari hobiku yang suka memasak.  Akhirnya menular menjadi keingintahuan anak-anak.  Sedikit demi sedikit aku mulai melibatkan mereka memasak nasi, membuat kue ataupun saat memasak lauk.  .Sehingga akhirnya seiring waktu, mereka menikmati suasana di dapur.  Tidak jarang tanpa sepengetahuanku keduanya sibuk meracik menu "nyontek" di youtube dengan modifikasi ala mereka.

Singkat cerita, pembagian tugas urusan pekerjaan rumah tangga bukan momok bagiku, meskipun tidak berarti mulus-mulus saja.

Berlahan tapi pasti, dan seiring waktu anak-anak mengerti tanggungjawabnya.  Sehingga tugasku sebagai emaknya pun semakin ringan.  Aku tidak lagi seperti dulu puyeng melihat isi rumah seperti kapal meledak.

Satu yang pasti ketika menanamkan tanggungjawab akan pekerjaan rumah tangga, maka lakukanlah tanpa menggurui, mengancam atau membandingkan anak dengan diri kita.

Aku memilih menjadikan anak-anakku sebagai partner, atau teman kerja agar rumah yang kami diami bersama bisa tertata rapi, dan seisi rumah juga bahagia.

Jakarta, 13 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun