Hari Raya Idul Fitri semakin dekat. Â Tetapi sayang, seperti juga tahun lalu pandemi masih membatasi kerinduan keluarga Indonesia untuk bersilahturahmi. Â Sehingga sebagian orang nampaknya mewakili kehadirannya dalam bentuk hamper atau parsel. Â Rasa bahagianya tentu tidak sama. Â Tetapi, kita harus bisa berkompromi dengan zaman dan kondisi.
Tradisi parsel bukan hal baru bagi kita. Â Tetapi, istilah hamper belakangan inilah yang membuat sedikit berbeda. Â Pertanyaannya apakah keduanya sama ataukah sebaliknya?
Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), parsel memiliki arti "bingkisan yang berisi berbagai hadiah, misalnya aneka kue, makanan dan minuman dalam kaleng, bahkan barang pecah belah. Â Kesemuanya ditata apik, menarik dalam keranjang dan dikirimkan kepada kerabat atau keluarga di hari raya. Â Sedangkan isitilah "hampers" pada KBBI, berarti "parsel". Â Sehingga dengan demikian hamper dan parsel berarti sama.
Tetapi tidak demikian yang termuat dalam kamus Cambridge. Â Dijelaskan pada Cambridge Dictionary, hampers berarti sebuah boks atau kotak yang berisi makanan dan minuman, yang biasanya diberikan sebagai hadiah di hari raya, misalnya Natal ketika itu. Â
Sedangkan parsel bermakna suatu benda atau kumpulan benda yang dibungkus kertas, terutama agar bisa dikirim lewat pos. Â Sehingga sedikit berbeda arti disini.
Diketahui budaya mengirimkan hampers sudah muncul di Prancis pada abad 11. Â Ketika itu hamper atau parsel dibuat dari keranjang anyaman yang umumnya dari kayu willow. Â Isinya adalah makanan dan minuman untuk dibawa berburu atau saat melakukan perjalanan jauh.
Lalu bagaimana parsel di Indonesia? Â Tentunya di setiap negara menyimpan ceritanya sendiri. Â Sedangkan di Indonesia, budaya parsel sudah dimulai sejak zaman penjajahan. Â
etapi, ketika itu dilakukan oleh wanita Indonesia untuk mengirimkan makanan kepada pasukan di garda depan. Â Kebiasaan yang kemudian berlanjut dan berkembang dilakukan terus hingga momen hari besar, seperti Idul Fitri, Natal, dan momen spesial lainnya.
Indonesia sendiri memang sudah lekat dengan tradisi dan budaya saling berbagi. Â Kita tentunya hingga kini tidak melupakan tradisi saling mengirim ketupat beserta opor dan rombongannya. Â Bukti bahwa bangsa kita memang memiliki tradisi berbagi kebahagiaan sudah sejak lama.Â
Sehingga menurutku kehadiran parsel dan hamper hanyalah bentuk lain atau modifikasi dengan sentuhan luar, dan lebih memungkinkan karena kita dapat saling berkirim walau dipisahkan oleh jarak jauh sekalipun berkat jasa kurir pengiriman.