Gerimis mengurung kita disini. Â Diantara rintiknya, dan semilir angin menusuk tulang. Â Hanya aku dan kamu, dingin mematung. Â Jujur aku canggung, detak jantungku tak bohong. Memilih membisu, curi menatapmu. Â Membuatku hangat entah kenapa. Â Sedikit berharap gerimis tak sudahi keindahan ini. Â Maaf, jika aku egois.
Tak apa kau anggap aku tak ada. Â Bagiku kau ada dalam lamunanku saat ini. Â Seandainya kau tahu, lama aku memendam rasa. Â Ahhh...semoga gerimis tak membuka rahasia ini. Â Aku tersenyum, indah. Â Ya, seperti indahnya cinta yang kurasa.
Tersentak, saat matamu beradu. Â Aku larut, disana ada lautan cinta yang kuharap. Â Mungkin aku terbuai, saat semilir angin menghembus lembut di telingaku. Â Maaf, kukira kau katakan cinta. Â Rupanya kau ingatku, hujan t'lah reda. Â Pergi, dirimu pergi. Â Sedang aku kembali sendiri.
Ahhh...bodoh, mengapa aku terpana.
Jakarta, 27 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H