Lembar kertas bercerita tanpa suara. Â Bertutur dirinya tentang rasa dua anak manusia dipertemukan cinta. Â Hari-hari yang penuh canda, terlupa duka. Â Emosi meledak, luapkan rasa bahagia yang melahirkan cemburu mereka yang melihat.
Achhh...banyak cerita, lebih dari sekedar goresan pena di atas kertas putih tak bersuara. Â Tak perlu rahasia, karena bahagia itu begitu nyata pada wajah keduanya. Â Cinta yang tak pernah salah, saat buah hati lahir memberikan sejuta rasa tak terkata. Â Bertutur bahagia dalam setiap lembarnya.
Menembus waktu tanpa sadar kaki t'lah melangkah jauh. Â Berganti lembar demi lembar, tinggalkan jejak kenangan. Â Mimpi yang tak ingin bangun dari tidurnya. Â Hingga tersisa selembar halaman terakhir, kosong dan hening.
Lembar duka tak ingin bercerita. Â Belahan jiwa terengut dari sisinya, tetapi bukan cinta putih yang selamanya kan' abadi. Â Membiarkannya kosong bukan tak bercerita cinta. Â Tetapi, cinta itu diukirnya dengan airmata. Â Menyusun kepingan hatinya yang hancur berduka. Â Selamat jalan kekasih, bisik wanita yang kehilangan separuh jiwanya itu, tetapi tidak cintanya.
Jakarta, 11 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H