Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hujan Berkat, Tanpa Banjir

5 Januari 2021   03:41 Diperbarui: 5 Januari 2021   04:33 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali-sekali mencoba melihat hujan sebagai berkat.  Meski untuk kebanyakan warga Jakarta khususnya sulit sekali untuk menghindar dari banjir di saat musim penghujan.  Meminjam kenangan di awal 2020 tahun lalu ketika Jakarta tenggelam dibuat hujan.  Ehhhmmm...tetapi apakah memang gara-gara hujan, Jakarta tenggelam?  Jangan-jangan karena ulah manusia yang selama ini acuh, dan seenak hati sendiri membuang sampah.

Bukan rahasia lagi, kurangnya kesadaran warga Jakarta terhadap kebersihan adalah pemicu utamanya.  Boro-boro menjaga kebersihan atau lingkungan Kota Jakarta.  Lha, menjaga kebersihan diri sendiri saja sulit.  Hal seperti ini belum menjadi skala prioritas atau belum menjadi karakter masyarakat kita.  Urusan perutlah yang masih diprioritaskan, ketimbang kebersihan lingkungan.

Nggak heran, masih banyak saudara kita memaksakan diri tinggal di bantaran kali.  Mimpi tinggal nyaman di kota besar dipaksakan banget, meski harus hidup menyedihkan dan mencari nafkah jadi apa saja.  Ujungnya berhimpitan hidup di bantaran kali atau sungai.  Lalu, kita akan melihat kali atau sungai menjadi tong sampah raksasa.  Segala rupa benda bisa ditemui, bahkan kasur dan sofa saja dibuang orang dengan seenaknya di kali!  Hahah...luarbiasa banget khan.

Padahal seandainya lebih banyak orang memulai dan menularkan kebiasaan tidak buang sampah sembarangan, maka ini akan sangat membantu mengurangi potensi banjir.  Aku sendiri sudah memulai menanamkan kebiasaan ini kepada kedua anakku sejak mereka kecil.

Kepada keduanya selalu aku menekankan untuk membuang sampah pada tempatnya.  Jika tidak terlihat, maka cari!  Jika tidak ketemu, bawa dan simpan dalam kantong plastik, lalu buang di rumah.  Heheh...kebetulan aku itu emak-emak rempong yang selalu menyiapkan plastik kecil dilipat segitiga.  Tujuannya sih, untuk berjaga-jaga kalau perlu belanja di mini market, atau yah kondisi darurat untuk tempat sampah.  Dibawa pulang dan dibuang di rumah.

Nah sekarang mari kita pikirkan, apakah di tahun 2021 ini kita akan terus mengurusi hujan dan banjir?  Duh...mending jangan deh!  Kita lakukan resolusi baru, melihat hujan sebagai berkat!  Jangan buat hujan menghentikan langkah kita melakukan terobosan baru.  Apalagi saat ini kita sedang perang pandemi, setahun penuh kemarin di 2020 habis waktu kita terbuang.

Jadi lebih baik, sedari sekarang sebelum hujan mengamuk, kita bersihkan lingkungan sekitar kita.  Pastikan tidak ada sampah di got atau saluran air.  Mulailah dari lingkungan kecil rumah kita, lalu sekitar lingkungan tempat tinggal, kemudian RT dan terus meningkat.  Ajak teman juga saudara tidak asal buang sampah.  Singkatnya di tahun 2021 hujan tidak menjadi momok menakutkan karena ngeri banjir.  Kita ubah mulai 2021 menjadi hujan berkat!

Yup, sehingga sekalipun musim hujan datang mengguyur tidak akan menghentikan langkah kita beraktivitas karena banjir.  Kalaupun ada yang harus kita persiapkan adalah:

  1. Siapkan payung lipat di tas atau di kendaraan kita. 
  2. Membawa jas hujan semisalnya kita mengendarai motor
  3. Memonitor berita seandainya ada lokasi yang terendam banjir agar kita tidak ikut terjebak
  4. Menjaga kesehatan karena musim penghujan rentan penyakit, seperti batuk dan pilek
  5. Memastikan tidak ada genangan air di rumah, antisipasi DBD

Kembali kepada hujan dan berkat, bagaimana jika di awal 2021 pastikan untuk membuat gebrakan.  Kembangkan potensi diri yang ada untuk menjadi pegangan!  Nggak zamannya lagi kita terus memikirkan hujan identik banjir.

Hentikan banjir dengan mengubah karakter dan disiplin diri.   Mulai dari kita sendiri sebelum kebaikan ini ditularkan kepada orang lain.  Lihat gambaran besarnya, bahwa kita harus menjadi lebih baik, dan jangan hidup seperti katak dalam tempurung.  Setiap tahun hanya berkutat mengurusi hal yang sama persoalan banjir, tetapi tidak pernah ada kemajuan.  Stop semua itu, sudah tidak zamannya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun